Sabtu, 28 Januari 2012

Pulai (Alstonia scholaris [L.] R. Br)


Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Sympetalae
Bangsa : Contortae/ Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris [L.] R. Br.






Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. pulai kadang ditanam di dekat pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. 


Deskripsi Tumbuhan
Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terangsampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinnya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan bercabang.

Sifat dan Khasiat
Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau. Berkhasiat sebagai peluruh dahak, peluruh haid, stomakik, antiperik, pereda kejang, menurunkan kadar gula darah (hipoglikemik), tonik dan antiseptik. Pada kuda kulit kayu pulai digunakan sebagai obat cacing. Daun pulai dapat mempercepat pemasakan bisul dan berguna sebagai pelancar ASI.

Kandungan Kimia
Kulit kayu mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen. Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.

Bagian yang Digunakan
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara dijemur atau pemanasan.

Indikasi
Kulit kayu dapat untuk mengatasi: demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis, tenakan darah tinggi, wasir, anemia, gangguan haid, rematik akut. Daun dapat untuk mengatasi: borok, bisul, perempuan setelah melahirkan (nifas), beri-beri dan payudara bengkak karena bendungan ASI.

Cara Pemakaian
Kulit kayu sebanyak 1 - 3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, termasuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.

Efek Farmakologis dan hasil Penelitian
Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair, 1987).
Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekankan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara in vitro menekankan perkembangan telur berembrio menjadi larva pada dosis 65 mg/ml (Theresia Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA ITB 1991).
Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7 ; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikemik (Sulina, Jurusan Farmasi ITB 1978).

Contoh Pemakaian :
a. Demam
Kulit batang pulai sebanyak3 g dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelinci (Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit air. Peras dan saring lalu diminum.
b. Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam.
c. Diare
Minumlah rebusan kulit batang pulai.
d. Memperkuat Lambung
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dengan cuka, lalu minum.
e. Perut kembung, Limpa membesar
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing-masing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gulai enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 21/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum. Setiap kali minum cukup 3/4 gelas.
f. Kencing Manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
g. Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pula diseduh dengan air mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok makan madu dan sedikit garam, aduk rata. Setelah dingin diminum sekaligus.
h. Borok Bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
i. Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan ke dalam bambu , lalu direbus dengan air bersih. Air rebusannya diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Wanita Setelah Melahirkan (untuk membersihkan organ dalam). Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya, lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus. Saring dan peras, airnya lalu diminum.
Kulit pulai dibersihkan, lalu tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe dans eparo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum selagi hangat.
j.Sakit Badan dan Dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan ke bagian yang sakit.

Catatan
Ada beberapa jenis pulai, diantaranya pulai putih dan pulai hitam (pulai wuloh). Di Nepal, serbuk kulit kayu pulai digunakan sebagai obat kontrasepsi, dan alkaloid akarnya dikatakan berkhasiat hipotensif dan antikanker.

Sumber Referensi:
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Dr. Setiawan Dalimartha)/Hadi
www.plantamor.co.id
www.alamendah.wordpress.com
http://www.iptek.net.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar