Klasifikasi:
Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Apetalae
Bangsa: Caryophyllales
Famili: Portulacaceae
Genus: Talinum
Spesies: Talinum paniculatum (Jacq.)
Gaertn
Ciri-ciri:
Som jawa ditanam sebagai tanaman hias
atau tanaman obat, kadang ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan ini berasal dari
Amerika tropis. Akarnya berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti
kolesom. DI Jawa tumbuh pada ketinggian 5 – 1.250 m dpl. Terna tahunan,
tegak, tinggi 30 – 60 cm, batang bercabang di bagian bawah dan pangkalnya
mengeras. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur
sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal runcing, panjang 3 – 10 cm, lebar 1,5
– 5 cm. Perbungaan majemuk dalam malai di ujung tangkai, berbentuk anak
payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya merah ungu. Buahnya buah
kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitatn, bulat gepeng.
Deskripsi:
Di pulau Jawa masyarakat lokal mengenal Som Jawa yang sering disebut
sebut sebagai Ginseng Jawa, terutama oleh pedagang herbal tradisional dengan
menguraikan manfaat yang mirip dengan Ginseng sesungguhnya (Panax). Bahasa
latinnya juga jauh berbeda, dinamakan sebagai Talinum Paniculatum Gaertn,
kolesom atau Talinum triangulare Wild. Masyarakat tradisional sudah
lama mengenalnya sebagai ramuan obat, lajimnya dicampur dengan minuman keras
anggur. Sebagian masyarakat menggunakannya sebagai campuran sayur lodeh
dengan berbagai jenis dedaunan penyedap rasa.
Bentuk fisik Som Jawa juga sangat berbeda dengan tanaman ginseng sesungguhnya dan cukup mudah
ditemukan di berbagai tempat, terkesan sebagai tanaman liar yang sangat
jarang dibudidayakan. Tidak banyak artikel ilmiah yang mengulas tentang
tanaman herbal ini, kecuali catatan digital yang banyak ditulis oleh para Blogger
serta iklan sederhana yang bercerita tentang faedahnya walaupun belum teruji
secara medis, mungkin saja itu pendapat pribadi atau mitos yang dicatat pada
artikel sederhana di internet. Semoga saja tumbuhan ini diteliti lebih jauh
lagi, untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalamnya sebagai obat herbal. Situs pemerintah pertanian.go.id
menyajikan klasifikasi tanaman dengan asal penyebarannya dari Amerika dan
Afrika secara sistimatis, berikut dengan gambar Ginseng Jawa dengan ciri ciri
tanaman tanpa menyebut faedahnya secara rinci.
Indonesia memang sangat kaya dengan tanaman herbal,
masyarakat tradisional di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Paua dan
Sumatera serta Bali hingga Mentawai dan Nias, hampir di setiap pulau memiliki
tanaman herbal yang dikenal sangat ampuh, dan secara turun temurun telah
diajarkan, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Menjadi bagian
dari pengobatan tradisional yang diwariskan oleh leluhur secara turun temurun.
|
Tampilkan postingan dengan label Famili Caryophyllaceae/Centrospermae. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Famili Caryophyllaceae/Centrospermae. Tampilkan semua postingan
Kamis, 03 November 2016
Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn / Som Jawa atau Ginseng Jawa
Jumat, 29 Juni 2012
Diantus superbus L.
Diantus caryophyllus Linn. (Anyelir)
Klasifikasi:
Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisio:
Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Apetalae
Bangsa:
Caryophyllales/Centrospermae
Famili: Caryophyllaceae
Genus: Diantus
Spesies: Diantus caryophyllus Linn.
Deskripsi:
Anyelir atau carnation (Dianthus cariophyllus Linn.) adalah
tanaman hias bunga yang berasal dari daerah Mediterania. Kata “Dianthus”
berasal dari bahas Yunani, yang berarti dewa (dios) bunga (anthos).
Dianthus sp. termasuk tanaman herbal, dapat mencapai tinggi 30-100 cm. Buku
batang terlihat nyata pada bagian yang sudah menua. Daun runcing dengan
tulang daun yang menyirip, panjang dan sempit, terletak bertolak belakang.
Warna daun hijau mudah keputih-putihan. Diameter bunga sekitar 5-10 cm. Daun
mahkota bunga kelipatan lima dengan warna yang sangat bervariasi. Ujung
mahkota bunga bergerigi atau tidak bergerigi. Kelopak bunga bergabung
membentuk silinder dengan dua putik dan lima benang sari. Tunas samping
keluar di antara daun dan batang (Bailey,1953).
Menurut Pertwee (1966) terdapat beberapa tipe anyelir baik
berdasarkan teknik budidaya maupun secara genetik :
Ekologi dan penyebaran
Merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan sebagai tanaman hias di
kebun-kebun atau pekarangan. Tumbuh baik di daerah pegunungan pada ketingian
1.0 m sampai 1.80 m di atas permukan laut. Menyukai tanah yangembur dan subur
dapat dipanen sepanjang tahun.
|
Basella rubra Linn. (Gendola)
Klasifikasi:
Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisio:
Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Apetalae
Bangsa: Caryophyllales/Centrospermae
Famili: Basellaceae
Genus: Basella rubra Linn.
Uraian :
Gendola dapat ditemukan tumbuh liar, kadang ditanam untuk
dirambatkan pada pagar, atau pergola sebagai tanaman hias. Tanaman ini dapat
ditemukan dari 1-500 m dpl. Terna, melilit kekiri, tumbuh merayap atau
memanjat, panjang sampai 6 m. Batangnya yang panjang ini tidak berkayu dan sangat
lemah, bentuknya bulat, lunak, bercabang, merayap dan melilit pada tonggak
atau para-para. Batang yang merayap di atas tanah, akan mengeluarkan akar.
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling. Bentuk daun bulat telur, ujung dan
pangkal tumpul, tepi rata kadang berombak, panjang 2-17 cm, lebar 1-13 cm,
pertulangan menyirip, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk yang keluar dari
ketiak daun, duduk sepanjang poros bulir, panjang 3-21 cm, mahkota putih
dengan ujung ungu. Buahnya buah buni, bulat, diameter 4-7 mm, masih muda
hijau, setelah masak warnanya menjadi ungu. Bijinya satu, bulat, keras,
warnanya merah keputihan. Ada
dua warna gendola, putih dan merah. Perbedaanya pada warna batang dan tulang
daun. Gendola merah, memiliki batang dan tulang daun yang berwarna merah.
Daunnya dapat disayur, sedang buahnya bila diperas mengeluarkan warna merah
yang dapat digunakan untuk mewarnai bahan makanan. Perbanyakan dengan stek
batang atau biji.
Nama Lokal :
Gandola (Sunda), Gendola (Bali), lembayung (Minangkabau);
Genjerot, gedrek, uci-uci (Jawa), Kandula (Madura); Tatabuwe (Sulut), Poiloo
(Gorontalo), Kandola (Timor); Lo kuei (China).
|
Langganan:
Postingan (Atom)