Pohon Darah
Naga atau Dracaena Cinnabari merupakan tanaman terkenal dan khas pulau Socotra. Pohon itu adalah salah satu fitur ikon Socotra alam. Disebut demikian karena merah getah pohon
yang menghasilkan. Tanaman
ini memiliki daun panjang dan kaku dan bentuk payung terbalik. Daun mengukur
sampai 60 cm panjang dan lebar 3 sentimeter. Batang dan cabang, dengan dua
bagian untuk masing-masing cabang, yang gemuk dan tebal. resin merah gelap
dikenal sebagai darah naga sangat dihargai sepanjang sejarah kuno. Pada bulan
Februari, pada akhir cabang-cabang, ada banyak bunga putih atau hijau
inflorescent. Dibutuhkan buah sekitar lima bulan untuk benar-benar matang
dalam warna oranye-merah. Namun, tanaman ini berada di bawah tekanan karena
berlebihan untuk merumput, woodcutting, dan pembangunan infrastruktur.
Bintaro
(Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan
ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa),
toto (Tonga), serta vasa (Fiji).Daunnya
berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan mahkota
berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan pangkal merah muda. Benang sari
berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah berbentuk telur, panjang
5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak. Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles
hingga Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari
ekosistem hutan mangrove. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai
tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota. Daun dan buahnya
mengandung bahan yang memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut
cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun
panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau
membunuh orang. Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing berkepala
sepuluh dalam mitologi Yunani.
Pohon bodhi
(Ficus religiosa L., suku ara-araan atau Moraceae) adalah pohon yang dikenal
dalam agama Buddha sebagai tempat Sang Buddha Gautama bersemedi dan
memperoleh pencerahan. Pohon ini dipandang suci oleh penganut agama Hindu,
Buddha, dan Jainisme. Di Candi Borobudur terdapat pohon bodhi yang merupakan keturunan
langsung dari pohon induk yang terdapat di Bodhgaya, India, tempat Sang
Buddha memperoleh pencerahan.
Bungur
(Lagerstroemia) adalah sejenis tumbuhan berwujud pohon atau perdu yang
dikenal sebagai pohon peneduh jalan atau pekarangan. Bunganya berwarna merah
jambu, bila mekar bersama-sama akan tampak indah.Perbanyakan anakannya dari
biji yang keluar setelah proses pembungaan selesai. Bijinya berbentuk bulat
berwarna coklat sebesar kelereng. Selain itu bisa juga diperbanyak dengan
pencangkokan.Ada dua jenis bungur yang populer sebagai tanaman hias pekarangan:
bungur biasa/besar/kebo (L. speciosa), pohon besar mencapai 8m, dan bungur
jepang (L. faurieri, L. indica, dan hibrida keduanya) yang lebih kecil,
berbentuk perdu. Bungur besar dulu juga banyak ditanam di pekuburan. Kini
selain ditanam sengaja di pinggir jalan raya dan halaman rumah, juga banyak
tumbuh liar di tepian sungai.
Suku
cemara-cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70 jenis tetumbuhan.
Sebagian besar suku ini terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di wilayah
tropis Dunia Lama, termasuk Indo-Malaysia, Australia, dan Kepulauan
Pasifik.Cemara sendiri merupakan tetumbuhan hijau abadi yang sepintas lalu
dapat disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan besar
kelihatan seperti jarum, dan buahnya mirip runjung kecil. Namun kenyataannya
pepohonan ini bukan termasuk Gymnospermae, sehingga mempunyai bunga, baik
jantan maupun betina. Bunga
betinanya nampak seperti berkas rambut, kecil dan kemerah-merahan. Cemara
Udang Casuarina equisetifoliaCemara adalah pohon yang sangat artistik untuk
penataan sebuah taman. Dibentuk sedemikian rupa dalam gaya seni jepang yang
bernama bonsai. Jenis cemara asli Indonesia untuk dibuat bonsai yang paling
bagus adalah cemara udang, berasal dari daerah Madura, Jawa Timur.
Beringin
(Ficus benjamina dan beberapa jenis lain, suku ara-araan atau Moraceae)
sangat akrab dengan budaya asli Indonesia. Tumbuhan berbentuk pohon besar ini sering kali
dianggap suci dan melindungi penduduk setempat. Sesaji sering diberikan di
bawah pohon beringin yang telah tua dan berukuran besar karena dianggap
sebagai tempat kekuatan magis berkumpul. Beberapa orang menganggap tempat di
sekitar pohon beringin adalah tempat yang “angker” dan perlu
dijauhi.Beringin, yang disebut juga waringin atau (agak keliru) ara (ki ara,
ki berarti “pohon”), dikenal sebagai tumbuhan pekarangan dan tumbuhan hias
pot. Pemulia telah mengembangkan beringin berdaun loreng (variegata) yang
populer sebagai tanaman hias ruangan. Beringin juga sering digunakan sebagai
objek bonsai.Pohon bodhi sering dipertukarkan dengan beringin, meskipun
keduanya adalah jenis yang berbeda.
Ketapang atau
katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang
rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang
kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Selain nama
ketapang dengan pelbagai variasi dialeknya (misalnya Bat.: hatapang; Nias:
katafa; Mink.: katapieng; Teupah: lahapang; Tim.: ketapas; Bug.: atapang;
dll.), pohon ini juga memiliki banyak sebutan seperti talisei, tarisei,
salrisé (Sulut); tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara); sarisa, sirisa,
sirisal, sarisalo (Mal.); lisa (Rote); kalis, kris (Papua Barat); dan
sebagainya. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama-nama Bengal
almond, Indian almond, Malabar almond, Singapore almond, Tropical almond, Sea
almond, Beach almond, Talisay tree, Umbrella tree, dan lain-lain. Pohon
besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5 m. Bertajuk
rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat;
pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar
acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 m. Daun-daun
tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek
atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19)
cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan,
helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu
tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut
halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok.
Puspa, seru,
atau medang gatal (Schima wallichii) adalah sejenis pohon penghasil kayu
pertukangan berkualitas sedang. Pohon ini termasuk ke dalam keluarga teh
(Theaceae), dan menyebar luas mulai dari Nepal, melalui Asia Tenggara,
hingga ke Papua Nugini. Disebut medang gatal karena pohon ini memiliki
lapisan semacam miang di bawah pepagannya, yang keluar berhamburan ketika
digergaji dan menimbulkan rasa gatal di kulit. Nama spesiesnya diberikan
untuk menghormati N. Wallich (1786 – 1854), ahli botani berkebangsaan Denmark yang
telah berjasa mengembangkan Kebun Raya Kalkuta. Pohon yang selalu hijau,
berukuran sedang hingga besar, mencapai tinggi 47 m. Batang bulat torak,
gemangnya hingga 250 cm namun biasanya jauh kurang dari itu; batang bebas
cabang hingga sekitar 25 m. Pepagan memecah dangkal sampai sedang, membentuk
alur-alur memanjang, coklat kemerahan hingga abu-abu gelap; sebelah dalam
berwarna merah terang, dengan lapisan ‘miang’ yang mengiritasi kulit. Daun
tersebar dalam spiral, bertangkai sekitar 3 mm; helai daun lonjong hingga jorong
lebar, 6–13 × 3–5 cm, pangkal bentuk baji dan ujung runcing atau meruncing,
dengan tepian bergerigi. Bunga tunggal di ketiak di ujung ranting, dengan dua
daun pelindung, berbilangan-5; kelopak menetap hingga menjadi buah; mahkota
putih, saling melekat di pangkalnya; benangsari banyak. Buah kotak hampir
bulat, diameter 2–3 cm, membuka dengan 5 katup; biji dikitari oleh sayap.
Waru atau baru
(Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai
waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi
sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun,
waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan
bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek. Tumbuhan ini asli
dari daerah tropika di Pasifik barat namun sekarang tersebar luas di seluruh
wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama: hau (bahasa Hawaii), purau (bahasa Tahiti),
beach Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau Coastal Cottonwood dalam bahasa
Inggris. Pohon kecil, tinggi 5–15 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus
dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang. Daun
bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis
tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama
dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut
abu-abu rapat. Daun penumpu
bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung
ranting.
|
Tampilkan postingan dengan label Festschrift. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Festschrift. Tampilkan semua postingan
Rabu, 29 Agustus 2012
Tanaman Peneduh
Kamis, 19 Juli 2012
Cara Membuat Fiberglass
Sebelum
memulai untuk membuatnya, tidak ada salahnya persiapkan alat dan bahan yang
diperlukan. Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan fiberglass yaitu Tempat
adonan, Hiasan (foto, uang, binatang atau yang lain), Minyak goreng,
Lap/Kapas, Cetakan dari plastik, Lem silikon (karet).
Bahan yang
diperlukan yaitu:
1. Minyak katalis
2. Resine bening/jambon + cobalt
3. Pewarna (teres).
Cara membuat fiberglass sebagai berikut : 1. Siapkan terlebih dahulu hiasan, dapat berupa foto, pernih atau binatang yang sesuai dengan bentuk cetakkan. 2. Cetakan diolesi minyak goreng dengan menggunakan kapas/lap. 3. Katalis dan resine dicampur dengan perbandingan 1 : 10. 4. Masukkan hiasan yang telah disiapkan ke dalam cetakan. 5. Tuangkan adonan 3 kedalam cetakan, dan tunggu selama 15 menit. 6. Setelah dingin, keluarkan dari cetakan dengan hati-hati. 7. Gosok dengan amplas yang kasar, lanjutkan dengan amplas halus. 8. Kilatkan dengan compon cat atau kit. 9. Jadi deh fiberglass buatan sendiri. |
Bahan-bahan Dasar Pembuatan Fiberglass
1.
Resin
Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Jenis resin bermacam-macam. Untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dll sebagai pengganti mika, namun penggunaan resin bening yang ada dipasaran untuk pengganti mika, masih belum menghasilkan kualitas yang memuaskan. Sedangkan resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia. 2. Katalis
Cairan ini
bisa dibilang pendamping setia resin, cairan ini biasanya berwarna bening dan
berbau agak sengak. Cairan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan
adonan fiber, semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras
tetapi hasilnya kurang bagus. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa
panas, seperti cairan air zuur.
3.
Kalsium Karbonat
Bahan
berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu ini berfungsi sebagai pengental
adonan fiberglass utama (resin, katalis dll). Semakin banyak campuran Kalsium
Karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass akan menjadi lebih tebal dan
berat. Bahan ini dapat diganti dengan Talc, tetapi warna Talc agak lebih
gelap. Tetapi saya belum menemukan perbedaan yang signifikan penggunaan Talc
& Kalsium Karbonat.
4. Met/Matt
Met merupakan
bahan serat kaca. Bahan ini berfungsi sebagai serat penguat dari adonan
fiberglass ketika akan dicetak, agar hasilnya menjadi lebih kuat dan tidak
mudah pecah. Bentuk met bermacam-macam, ada yang mirip bihun, kain, karung
dan sarang lebah. Tetapi yang banyak dijumpai dipasaran adalah yang berbentuk
seperti bihun.
5. Kobalt (Cobalt Blue)
Kobalt adalah
bahan kimia yang berbentuk cair, berwarna biru mirip tinta dan mempunyai
aroma tidak sedap. Cairan ini digunakan untuk tambahan campuran adonan resin
& katalis, agar adonan lebih merekat pada met dan mempercepat pengerasan
adonan fiber. Terlalu banyak menambahkan Kobalt dapat mengakibatkan hasil
fiber yang getas (rapuh).
6. Wax (Mold Release)
Bahan ini
sepintas mirip mentega/keju ketika masih di dalam wadahnya. Berfungsi sebagai
pelicin pada tahap pencetakan yang menggunakan mal/molding, agar antara
molding dengan hasil cetakan tidak saling merekat, sehingga dengan mudah
dapat dilepaskan.
Sumber:
http://resinkatalis.wordpress.com/2008/08/09/bahan-bahan-dasar-pembuatan-fiberglass/
|
Kamis, 12 Juli 2012
Air
adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer
kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin)
dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air,
yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata
air, sungai,
muara) menuju laut. Air bersih
penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan
persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat
pada kutub utara
dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat
menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut
konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air
sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air.
|
Sabtu, 28 Januari 2012
Arti Warna Bunga Mawar
1.Mawar Merah
Pada
dasarnya warna merah itu artinya berani. Tapi kalau diartikan sebagai warna
bunga, warna merah tuh melambangkan rasa cinta dan sayang. Dan rasa cinta itu
cenderung terkait dengan hubungan laki-laki dan perempuan. Warna bunga merah juga bisa diartikan sebagai cinta dengan rasa ‘respect’ yang
tinggi.
2.Mawar Pink
3.Mawar
Putih
Kita
semua pasti punya sahabat! So enggak ada salahnya kan ngirim bunga ke sahabat sendiri? Nah,
bunga yang paling tepat buat sahabat adalah warna putih, karena putih
mencerminkan persahabatan sejati.Warna putih juga berarti ketulusan cintamu dan
pedulimu dengan orang lain.
4.Mawar
Kuning
Kalau
kita ingin berkenalan dengan seseorang, bisa dimulai dengan bunga warna kuning
karena bunga kuning menandakan perkenalan. Tapi tidak sedikit orang yang
mempersepsikan bunga kuning sebagai ungkapan benci dan cemburu. So be careful…Warna kuning juga diartikan fleksibilitas dan
kebebasan.
Rasa
benci itu manusiawi… Cara ngungkapinnya pun berbeda-beda, ada yang diungkapkan
langsung, ada juga yang hanya dipendem sendiri. Nah, daripada capek hati, rasa
benci itu juga bisa diungkapkan dengan mengirim bunga warna hitam.
Tanaman Langka Yang Dilindungi di Indonesia
1. Balam Suntai (Palaquium walsurifolium)
2. Bayur (Pterospermum sp)
3. Bulian, Ulin (Eusideroxylon zwageri)
4. Cendana (Santalum album)
5. Damar, Kopal Keruling (Agathis labillardieri)
6. Durian (Durio Zibethinus)
7. Enau (Arenga pinnata)
8. Eucalyptus (Eucalyptus sp)
9. Hangkang (Palaquium leiocarpum)
2. Bayur (Pterospermum sp)
3. Bulian, Ulin (Eusideroxylon zwageri)
4. Cendana (Santalum album)
5. Damar, Kopal Keruling (Agathis labillardieri)
6. Durian (Durio Zibethinus)
7. Enau (Arenga pinnata)
8. Eucalyptus (Eucalyptus sp)
9. Hangkang (Palaquium leiocarpum)
10. Hongi / saya (Myristica argentea)
11. Imba (Azadirachta indica)
12. Jambu Monyet (Agathis Lalillardieri)
13. Jelutung (Dyera sp)
14. Kapur Barus (Dryobalanops camphora)
15. Katiau (Ganna metloyauma)
16. Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis)
17. Kayu Hitam (Diospyros sp)
18. Kayu Kuning (Cudrania sp)
19. Kayu Manis (Cinnamomun burmannii)
20. Kayu Sepang (Caesalpina sappan)
21. Kemenyan (Styra sp)
22. Kemiri (Dipterocarpus sp)
23. Keruling (Dipterocarpus sp)
24. Ketimunan (Timonius sericcus)
25. Kulit Lawang (Cinnamomun cullilawan)
26. Ipil (Instsia amboinensis)
27. Malam Merah (Palaquium gutta)
28. Massoi (Cryptocaria massoi)
29. Mata Buta / Garu (Excoecaria agallocha)
30. Mata Kucing / Damar (Shorea sp)
31. Purnamasada (Cordia subcordata)
32. Sawo Kecik (Manilkara kauki)
33. Sonolkeling (Dalbergia latifolia)
34. Suren (Toona sureni)
35. Taker, Benuang (Duabanga moluccana)
36. Tembesu (Fagraea fragrans)
11. Imba (Azadirachta indica)
12. Jambu Monyet (Agathis Lalillardieri)
13. Jelutung (Dyera sp)
14. Kapur Barus (Dryobalanops camphora)
15. Katiau (Ganna metloyauma)
16. Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis)
17. Kayu Hitam (Diospyros sp)
18. Kayu Kuning (Cudrania sp)
19. Kayu Manis (Cinnamomun burmannii)
20. Kayu Sepang (Caesalpina sappan)
21. Kemenyan (Styra sp)
22. Kemiri (Dipterocarpus sp)
23. Keruling (Dipterocarpus sp)
24. Ketimunan (Timonius sericcus)
25. Kulit Lawang (Cinnamomun cullilawan)
26. Ipil (Instsia amboinensis)
27. Malam Merah (Palaquium gutta)
28. Massoi (Cryptocaria massoi)
29. Mata Buta / Garu (Excoecaria agallocha)
30. Mata Kucing / Damar (Shorea sp)
31. Purnamasada (Cordia subcordata)
32. Sawo Kecik (Manilkara kauki)
33. Sonolkeling (Dalbergia latifolia)
34. Suren (Toona sureni)
35. Taker, Benuang (Duabanga moluccana)
36. Tembesu (Fagraea fragrans)
Kamis, 22 Desember 2011
Pedoman Budidaya Tanaman Lada
I. SYARAT-SYARAT TUMBUH
a. Iklim.
Tanaman lada untuk tumbuh baik menghendaki iklim
sebagai berikut:
Tinggi tempat dan permukaan laut 0 — 500 m. Temperatur optimum 23°C — 30°C. Kelembaban tinggi. Curah hujan 2.000 — 2.500 mm/tahun terbagi rata sepanjang tahun.
Tinggi tempat dan permukaan laut 0 — 500 m. Temperatur optimum 23°C — 30°C. Kelembaban tinggi. Curah hujan 2.000 — 2.500 mm/tahun terbagi rata sepanjang tahun.
b.Tanah.
Keadaan tanah yang dikehendaki lada adalah sebagai
berikut:
Gembur, cukup tersedia unsur hara, drainasenya baik.
Gembur, cukup tersedia unsur hara, drainasenya baik.
II. PEMBIBITAN
Bahan tanaman dapat berasal dari stek maupun biji.
A. Bahan Bibit Asal Biji
- Hanya dipakat kalau tidak ada lagi bahan stek
karena biayanya sangat mahal.
- Bahan bibit diambilkan dari biji yang betul-betul sudah tua, dan dari buah yang terisolir yaitu buah-buah yang tandannya dibungkus pada waktu masih berupa bunga.
- Bahan bibit diambilkan dari biji yang betul-betul sudah tua, dan dari buah yang terisolir yaitu buah-buah yang tandannya dibungkus pada waktu masih berupa bunga.
B. Bahan bibit asal stek.
- Cara ini lazim dipergunakan karena mudah dan
murah.
- Syarat-syarat bahan stek yang baik :
1. Berasal dari sulur panjat yang tumbuhnya keatas
dan melekat pada pohon sandaran.
2. Panjang stek sekurang-kurangnya 7 ruas (dapat diambil terus menerus dari satu tanaman).
3. Stek diambil dari batang yang sudah agak mengayu dan dari tanaman yang sudah berumur ± 2 tahun.
4. Pohon induk harus kuat, pertumbuhan bagus, dan daun berwarna hijau tua.
2. Panjang stek sekurang-kurangnya 7 ruas (dapat diambil terus menerus dari satu tanaman).
3. Stek diambil dari batang yang sudah agak mengayu dan dari tanaman yang sudah berumur ± 2 tahun.
4. Pohon induk harus kuat, pertumbuhan bagus, dan daun berwarna hijau tua.
III. PERSIAPAN DAN PENANAMAN DI KEBUN
Persiapan di kebun.
— Sediakan tiang-tiang pemanjat (pendukung). Tiang
pemanjat ada 2 macam yaitu:
- Tiang kayu/beton.
- Pohon hidup (dadap minyak, dadap duri).
— Tiang-tiang pemanjat ditanam dengan jarak 2,5x2,5m.
— Lubang tanaman dibuat disekeliling tiang pemanjat
dengan ukuran 50x50x50 cm.
— Apabila tanah miring buatlah teras-teras atau tanamlah tanaman penutup tanah.
— Pada tanah yang datar buatlah selokan-selokan pembuang air.
— Apabila tanah miring buatlah teras-teras atau tanamlah tanaman penutup tanah.
— Pada tanah yang datar buatlah selokan-selokan pembuang air.
Penanaman di kebun.
— Stek
langsung ditanamkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan didekat tiang
pemanjat.
— Bagian
stek yang dimasukkan kedalam tanah adalah 4 buku/ruas.
— Stek
diletakkan miring didekat permukaan tanah.
—Sebaiknya tanah galian terlebih dahulu dicampur dengan pupuk kandang/kompos secukupnya.
—Sebaiknya tanah galian terlebih dahulu dicampur dengan pupuk kandang/kompos secukupnya.
— Berilah
pelindung pada stek yang baru ditanam tersebut.
IV. PEMELIHARAAN.
— Bersihkan
kebun dari rerumputan pengganggu.
— Pangkaslah pohon-pohon
pemanjat, pada musim penghujan dengan pemangkasan berat dan pada musim kemarau
dengan pemangkasan ringan.
— Ikatlah tanaman pada
tiang-tiang pemanjat agar tanaman melekat pada tiang sebelum akar perekat
menjadi kuat.
— Yang diikat hanyalah cabang
yang tumbuh keatas sedangkan cabang-cabang samping tidak perlu.
— Buanglah cabang-cabang pada
pangkal pohon yang menutup tanah.
Pemangkasan.
Tujuan :
1. Untuk memperoleh cabang samping (cabang buah) yang lebih banyak.
2. Untuk mendapatkan pohon yang rimbun.
1. Untuk memperoleh cabang samping (cabang buah) yang lebih banyak.
2. Untuk mendapatkan pohon yang rimbun.
Cara pemangkasan :
— Pemangkasan dilakukan pada ruas yang tidak terdapat cabang-cabang samping.
— Apabila tanaman sudah mempunyai 8 atau 9 ruas maka harus dipangkas pada ketinggian 25-30 cm dari tanah.
— Apabila tanaman sudah mempunyai 8 atau 9 ruas maka harus dipangkas pada ketinggian 25-30 cm dari tanah.
— Tunas yang tumbuh dari batang stek utama harus
dipangkas pula dan pangkasannya dapat dijadikan sebagai bahan stek.
— Sulur-sulur yang kemudian tumbuh diikatkan
ketiang pemanjat dan bila telah lebih dari 10 ruas dipangkas lagi hingga
tinggal 3-4 ruas dari pangkasan pertama.
— Pemangkasan dilakukan terus sampai sulur mencapai
ujung tiang pemanjat.
V. PEMUPUKAN.
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang tinggi
tanaman lada perlu diberikan pupuk organis (pupuk kandang, kompos) dan pupuk
anorganis (pupuk buatan).
Pupuk organis diberikan sebagai pupuk pendahuluan sebanyak 5-10 kg per lubang tanaman. Untuk pupuk buatan dapat diberikan pupuk Urea, TSP dan KCL.
Pupuk organis diberikan sebagai pupuk pendahuluan sebanyak 5-10 kg per lubang tanaman. Untuk pupuk buatan dapat diberikan pupuk Urea, TSP dan KCL.
Dosis pupuk.
Dosis pupuk tergantung kepada kesuburan tanah, umur
tanaman, dan lain-lain.
Sebagai pedoman umum pemupukan lada dengan Urea, TSP dan KCL dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebagai pedoman umum pemupukan lada dengan Urea, TSP dan KCL dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk tanaman muda:
I. Umur 8-12 bulan:
Urea : 50 gr/pohon/tahun.
TSP : 25 gr/pohon/tahun.
KCL : 20 gr/pohon/tahun.
TSP : 25 gr/pohon/tahun.
KCL : 20 gr/pohon/tahun.
II. Umur 1-2 tahun:
Urea : 100 gr/pohon/tahun.
TSP : 50 gr/pohon/tahun.
KCL : 40 gr/pohon/tahun.
TSP : 50 gr/pohon/tahun.
KCL : 40 gr/pohon/tahun.
III. Umur 2-3 tahun:
Urea : 200 gr/pohon/tahun.
TSP : 100 gr/pohon/tahun.
KCL : 80 gr/pohon/tahun.
TSP : 100 gr/pohon/tahun.
KCL : 80 gr/pohon/tahun.
b. Untuk tanaman yang sudah berproduksi.
Dosis pupuk yang diberikan sebagai berikut:
Urea : 400 — 500 kg/Ha/Tahun.
TSP : 400 – 500 kg/Ha/Tahun.
KCL : 300 — 375 kg/Ha/Tahun.
TSP : 400 – 500 kg/Ha/Tahun.
KCL : 300 — 375 kg/Ha/Tahun.
Waktu pemupukan.
Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada setiap awal dan akhir musim penghujan diberikan masing-masingnya setengah bahagian dari dosis diatas.
Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada setiap awal dan akhir musim penghujan diberikan masing-masingnya setengah bahagian dari dosis diatas.
Cara pemupukan.
— Buatlah
lubang pdpuk/parit kecil disekeliling pangkal batang sejarak ujung dari tajuk
pohon.
— Campurkanlah
pupuk Urea, TSP dan KCL sesuai dengan dosis kemudian dimasukkan ke dalam lubang
pupuk tersebut.
— Setelah
pupuk dimasukkan segera ditutup kembali dengan tanah.
Catatan:
Pupuk dapat diberikan secara sendiri-sendiri atau secara campuran. Pencampuran Urea, TSP dan KCL hanya dapat dilakukan apabila setelah pencampuran tersebut segera dilaksanakan pemupukan, dan pupuk yang sudah tercampur tadi harus habis dalam satu kali pemupukan.
Pupuk dapat diberikan secara sendiri-sendiri atau secara campuran. Pencampuran Urea, TSP dan KCL hanya dapat dilakukan apabila setelah pencampuran tersebut segera dilaksanakan pemupukan, dan pupuk yang sudah tercampur tadi harus habis dalam satu kali pemupukan.
VI. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT.
Hama.
1. Pengisap buah (Dasynus piperis
CHN) (Sumatera = Semunjung, Kalimantan =
Bilahu). Kepik mengisap cairan sel buah lada mengakibatkan buah
berbintik-bintik kuning. Apabila yang dihisap buah muda maka
buah akan mudah gugur. Yang terutama diserang adalah buah-buah muda umur 4,5 — 6 bulan. Untuk pemberantasannya dapat dipakai Thiodan 35 e.c. dengan dosis 1,5 cc — 2 cc per liter air, dengan selang waktu 1-2 minggu tergantung berat ringannya serangan.
buah akan mudah gugur. Yang terutama diserang adalah buah-buah muda umur 4,5 — 6 bulan. Untuk pemberantasannya dapat dipakai Thiodan 35 e.c. dengan dosis 1,5 cc — 2 cc per liter air, dengan selang waktu 1-2 minggu tergantung berat ringannya serangan.
Catatan:
3 minggu sebelum panen penyemprotan harus sudah dihentikan
3 minggu sebelum panen penyemprotan harus sudah dihentikan
2.Penggerek cabang (Lophobaris
piperis MARSH) Dikenal juga sebagai kumbang moncong lada.. Kumbang betina
bertelur rata-rata 250 butir, telur diletakkan dalam liang yang dibuat pada
sendi-sendi diantara ruas cabang tanaman lada.
Larva yang telah menetas, menggerek bagian dalam cabang tersebut akibatnya batang dibagian atas gerekan menjadi layu dan akhirnya kering/mati. Panjang larva maksimum 8 mm, edaran hidupnya ± 45-60 hari.
Larva yang telah menetas, menggerek bagian dalam cabang tersebut akibatnya batang dibagian atas gerekan menjadi layu dan akhirnya kering/mati. Panjang larva maksimum 8 mm, edaran hidupnya ± 45-60 hari.
Pemberantasan:
Secara mekanis dengan memangkas cabang yang terserang dan membunuh larva serta kumbangnya. Secara kimia penyemprotan dengan Thiodan 35 e.c. dengan dosis 1,5 cc — 2 cc per liter air atau Lannate 5 gram per 10 liter.
Secara mekanis dengan memangkas cabang yang terserang dan membunuh larva serta kumbangnya. Secara kimia penyemprotan dengan Thiodan 35 e.c. dengan dosis 1,5 cc — 2 cc per liter air atau Lannate 5 gram per 10 liter.
Penyakit.
Penyakit busuk kaki lada.
Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Phytophthora palmivora varpiperis.
Tanaman yang terserang menjadi layu, daun kuning kemudian berubah menjadi hitam dan akhirnya gugur. Pengguguran dimulai dari cabang-cabang yang terbawah terus keatas. Cendawan dapat bertahan lama didalam tanah, penularan melalui air dan tanah yang berpenyakit. Kelembaban yang tinggi akibat jarak tanam yang terlalu rapat, pohon pelindung yang tidak dipangkas dan drainage jelek sangat membantu perkembangan penyakit ini.
Tanaman yang terserang menjadi layu, daun kuning kemudian berubah menjadi hitam dan akhirnya gugur. Pengguguran dimulai dari cabang-cabang yang terbawah terus keatas. Cendawan dapat bertahan lama didalam tanah, penularan melalui air dan tanah yang berpenyakit. Kelembaban yang tinggi akibat jarak tanam yang terlalu rapat, pohon pelindung yang tidak dipangkas dan drainage jelek sangat membantu perkembangan penyakit ini.
Pemberantasan.
Pencegahan dengan menanam lada Belantung yang tahan penyakit busuk pangkal batang. Pemangkasan pohon-pohon panjatan secara teratur. Membuat saluran-saluran drainage. Pemberantasan secara kimiawi menggunakan fungisida Brestan & Dithane M-45 dengan dosis 20 gr per 10 liter air. Caranya disemprotkan pada daun dan dituangkan pada pangkal batang/akar.
Pencegahan dengan menanam lada Belantung yang tahan penyakit busuk pangkal batang. Pemangkasan pohon-pohon panjatan secara teratur. Membuat saluran-saluran drainage. Pemberantasan secara kimiawi menggunakan fungisida Brestan & Dithane M-45 dengan dosis 20 gr per 10 liter air. Caranya disemprotkan pada daun dan dituangkan pada pangkal batang/akar.
VII. PEMUNGUTAN HASIL.
Buah lada harus dipetik apabila
suduh cukup tua yaitu apabila sudah berumur ± 7 bulan. Pada waktu itu buah
sudah berubah warna dari hijau menjadi kuning kemerah-merahan. Apabila pemungutan
terlambat buah akan mudah gugur atau dimakan burung.
Pemetikan dilakukan dengan tangan
dan memakai tangga. Pemungutan dilakukan seminggu sekali sampai selesai. Pada
waktu pemungutan terakhir,baik semua buah yang sudah masak maupun yang belum
masak dirontokkan semuanya.
VIII. PENGOLAHAN HASIL.
Ada 2
cara dalam pengolahan hasil lada yaitu:
a. Untuk mendapatkan hasil lada putih.
b. Untuk mendapatkan hasil lada hitam.
A. Untuk mendapatkan lada putih buah lada
diperlakukan sebagai berikut:
Buah lada yang baru dipetik
dimasukkan dalam karung dan direndam dalam air yang mengalir. Sesudah direndam
kemudian dibersihkan; bijinya dipisahkan dari kulitnya dan tangkai, dengan cara
diinjak-injak, kemudian diayak. Setelah dipisahkan kemudian biji lada direndam
kembali dalam. air mengalir 1-2 hari sehingga biji menjadi putih bersih. Setelah
bersih kemudian biji lada dijemur sampai kering kira-kira 3 hari.
B. Untuk mendapatkan lada hitam buah lada diproses
sebagai berikut:
Buah lada setelah dipetik
Iangsung dijemur dipanas matahari selama kira-kira 2-3 hari. Sambil menjemur
buah lada dipisahkan dari tangkai-tangkainya. Kemudian diayak sampai bersih.
Langganan:
Postingan (Atom)