Jumat, 30 Maret 2012

KECUBUNG (Datura metel, Linn.)


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Sympetalae
Bangsa : Solanales
Famili :Solanaceae
Genus : Datura
Spesies : Datura metel Linn
Nama Lokal :
 
Kecubung (Jawa, Sunda), Kacobhung (Madura), ; Bembe (Madura), Bulutube (Gorontalo), Taruapalo (Seram); Tampong-tampong (Bugis), Kucubu (Halmahera, Ternate); Padura (Tidore), Karontungan, Tahuntungan (Minahasa)

Uraian :
Kecubung (Daura Metel) termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal. Cabangnya banyak dan mengembang ke kanan dan ke kiri sehingga membentuk ruang yang lebar. Namun demikian, tinggi dari tumbuhan kecubung ini kurang dari 2 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan pada bagian tepiannya berlekuk-lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan. Bunga kecubung menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung. Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah kecubung, bagian luarnya, dihiasi duri-duri dan dalamnya berisi biji-biji kecil berwarna kuning kecoklatan. Selain Kecubung Kasihan (Datura Metel) ada juga jenis lain, yaitu Kecubung Kecil (Datura Stramonium) dan kecubung Hutan (Brugmansia Suaveolens, Humb, Bonpl, ex Wild, Bercht dan Presl). Kecubung cocok hidup di daerah dataran rendah sampai ketinggian tanah 800 meter di atas permukaan laut. Selain tumbuh liar di ladang-ladang, kecubung juga sering ditanam di kebun atau pelataran halaman rumah di pedesaan. Perbanyakan tanaman ini melalui biji dan stek.



Komposisi :
Kecubung (Datura Metel) mengandung beberapa senyawa kimia, diantaranya : hiosin, co-oksalat, zat lemak, atropin (hyosiamin) dan skopolamin. Kecubung yang berbunga putih sering dianggap paling beracun dibanding jenis kecubung lainnya yang juga mengandung zat alkaloida. Untuk itu pemakaiannya sangat hati-hati dan terbatas sebagai obat luar. Perhatian!! Apabila seseorang keracunan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Dan untuk melawan keracunan tersebut adalah dengan minum kopi yang keras dan usahakan supaya menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.


 
Atropin  




Scopolamin 
Hyoscyamine







Toksisitas Kecubung:
Kecubung yang berbunga putih sering dianggap paling beracun dibanding jenis kecubung lainnya yang juga mengandung zat alkaloida. Untuk itu pemakaiannya sangat hati-hati dan terbatas sebagai obat luar. Gejala keracunan yang mula-mula kelihatan ialah rasa haus, kering mulut, kesukaran menelan, pembesaran anak mata dan rasa panas pada kulit badan. Keadaan ini boleh diikuti dengan rasa mengantuk, pening kepala, denyutan nadi yang lemah, kesukaran melihat, demam, merasa keliru dan hilang pertimbangan. Pada kepekatan yang tinggi ia boleh menyebabkan seseorang itu mengalami tekanan darah tinggi, sawan, meracau, koma dan maut.
Perhatian!! Apabila seseorang keracunan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Dan untuk melawan keracunan tersebut adalah dengan minum kopi yang keras dan usahakan supaya menghirup udara segar sebanyak-banyaknya ataupun minum air jahe yang digodok dengan air kelapa muda sebagai penawar.
Sedangkan keracunan oleh atropin kebanyakan terjadi akibt makan buah atau biji Datura metel. Gejala keracunana adalah hipertermia akibat terhambatnya sekresi keringat, keadaan tertimulasi, halusinasi, dan kejang-kejang klonik yang diikuti dengan stadium hilangnya kesadaran yang dalam. Kematian terjadi akibat kelumpuhan pernapasan pusat.
Terapinya adalah mencegah absorbsi dan menurunkan suhu, pernapasan buatan pada lumpuhnya pernapasan yang membahayakan dan pemberian intramuskular 2 mg piridostigmin (Anticholium) (Mutschler, 1994)
SUMBER :  
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya, 1999.
Muhlisah, Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999.
Tampubolon, Oswald T. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara, 1995.
Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : PT. Intisari Mediatama, 1999.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pdii/kecubung.htm


Selasa, 27 Maret 2012

Cendana/ Santalum album L.


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Apetalae
Bangsa : Santalales
Famili : Santalaceae
Genus : Santalum
Spesies : Santalum album L.
 Gb. Daun Cendana
a. Uraian : 
Tumbuhan berupa pohon, tinggi antara 12 dan 15 meter. Kulit berkayu kasar, berwarna kelabu. Daun mudah gugur. Tumbuh di tanah yang panas dan kering, di tanah yang banyak kapurnya. Bagian yang Digunakan Kayu.  



b. Nama Lokal : Candana (Minangkabau) Tindana, Sindana (Dayak); Candana (Sunda); Candana, Candani (Jawa); Candhana, Candhana lakek (Madura); Candana (BeIitung); Ai nitu; Dana (Sumbawa); Kayu ata (FIores); Sundana (Sangir); Sondana (Sulawesi Utara); Ayu luhi (Gorontalo); Candana (Makasar); Ai nituk (Roti); Hau meni, Ai kamelin (Timor); Kamenir (Wetar); Maoni (Kisar) NAMA ASING: NAMA SIMPLISIA Santali Lignum; Kayu Cendana. Santali Oleum; Minyak Cendana. 

c. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Cendana mempunyai penyebaran alami terbatas di Indonesia antara lain Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian antara 50 – 1200 meter dpl, tipe iklim D dan E (menurut Schmidt-Ferguson) dengan rata-rata curah hujan per tahun antara 1100 – 2000 mm serta memiliki 14 hari hujan dalam 4 bulan terkering. Tanaman cendana sangat cocok pada daerah yang berudara dingin dan kering serta intensitas cahaya matahari yang cukup. Bulan kering yang panjang sangat baik pengaruhnya terhadap pembentukan minyak dan aroma. Anakan cendana sangat peka terhadap kekeringan dan sinar matahari langsung, sehingga mudah layu. Pada tanah yang banyak mengandung humus, pertumbuhan candana lebih baik daripada ditanah yang gersang dan tererosi atau ditempat yang banyak ditumbuhi rumput. Dari hasil analisa terhadap beberapa macam contoh tanah yang dikumpulkan dari berbagai daerah tempat tumbuh cendana dapat diketahui bahwa:
a. Pada umumnya cendana dapat tumbuh ditanah yang berbatu-batu (lebih kurang 30 cm).
b. Dapat tumbuh ditanah liat dan galuh, akan tetapi lebih baik ditanah galuh (leemground).
c. Kirasan pH tanah, mulai dari sedikit dibawah netral sampai dengan sedikit alkalis.
d. Dapat tumbuh pada kadar hara yang rendah sampai kadar yang tinggi (terutama kadar N, P2O5 dan K2O).
e. Tanah dilapisan atas harus gembur dengan bobot jenis di bawah 1.2 persen.
f. Warna tanah dari merah sampai coklat; ditanah yang berwarna hitam atau putih pertumbuhan cendana kurang baik.

d. Habitus
Tanaman ini berupa pohon kecil yang selalu hijau dengan batang yang lurus dan bulat tanpa alur. Daun berbentuk ovate atau lenset dan berminyak, dengan panjang sekitar 3.25 – 7.50 cm. Tanaman tersebut berbunga cepat, dan pada umur 3 – 4 tahun, mulai berbuah. Bunganya hermaphrodite, berbentuk tabung yang mempunyai empat sampai lima lidah yang terlepas satu dengan lainnya. Buah cendana merupakan biji yang keras berbentuk bulat, berwarna hitam dengan tiga keratan dari ujung ke tengah-tengah dinding bijinya keras. Daging bijinya tipis. Musim bunga utama pada bulan Desember hingga Januari. Buahnya masak pada bulan Maret dan Juni. Pohon cendana telah berbuah pada usia 3 – 4 tahun. Namun untuk bibit yang terbaik adalah buah dari pohon yang telah berusia 20 tahun. Buah yang masak jatuh dan lekas rusak. Semut, tikus dan burung suka makan buahnya. Namun benih hanya tumbuh pada lingkungan yang ideal. Cendana dapat berkembang biak melalui biji dan akar.
Kayu galih atau teras cendana keras berserat padat dan berwarna kekuning-kuningan dan brminyak. Kayu pinggirnya berwarna putih dan hampir tidak berbau. Pembentukan galih atau teras dimulai sekitar usia 15 tahun. Namun pohon cendana baru siap dipanen pada usia 40 – 50 tahun.

e. Kegunaan
Kayu cendana memiliki aroma harum. Kayu dan minyaknya digunakan untuk upacara agama maupun upacara tradisional di berbagai negara. Minyak atsiri yang dihasilkan merupakan bahan baku untuk produksi parfum,sabun,obat-obatan dan kosmetik. Kayunya digunakan untuk barang-barang kerajinan. Kualitas tertinggi kayu cendana berasal dari bagian paling bawah pohon yang telah berumur lebih dari 50 tahun dan tumbuh di hutan. Akar cendana mengandung 10% minyak, sedangkan bagian kayu batang dan ranting mengandung 2-4% minyak.

Srikaya Merah




Klasifikasi:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Polycarpicae/ Ranales/ Ranunculales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L.


Nama umum
Indonesia:
Srikaya, sirkaya, sarikaya, atis
Inggris:
Sugar Apple
Melayu:
Nona Sri Kaya, Buah Nona, Sri Kaya
Vietnam:
Na, Mang Cau Ta
Thailand:
Noi Na
Pilipina:
Atis

  • Deskripsi
  • Permukaan daun mengkilat (nitidus)
  • Daging daun seperti kertas (papyraceus)
  • Daun majemuk, helaian bentuk elips memanjang sampai bentuk lanset, ujung tumpul, sampai meruncing pendek, panjang 6–17 cm, lebar 2,5–7,5 cm,
  • Daun kelopak segitiga, waktu kuncup bersambung seperti katup, kecil. Mahkota daun mahkota segitiga, yang terluar berdaging tebal, panjang 2–2,5 cm, putih kekuningan, dengan pangkal yang berongga berubah ungu, daun mahkota yang terdalam sangat kecil atau mereduksi
  • Bagian bawah daun sedikit berbulu balig (pubescent) atau melokos (glabrescent)
  • Berumah satu (monoecus), berkelamin b anci (hermaphroditus)
  • Bunga tunggal, dalam berkas, 1-2 berhadapan atau samping daun
  • Dasar bunga bentuk tugu (tinggi)
  • Benang sari berjumlah banyak, putih, kepala sari bentuk topi, penghubung ruang sari melebar, dan menutup ruang sari
  • Putik banyak, setiap putik tersusun dari 1 daun buah, ungu tua, kepala putik duduk, rekat menjadi satu, mudah rontok
  • Merupakan buah buni ganda (buah sejati ganda)
  • Buah majemuk agregat
  • Berbentuk bulat membengkok di ujung, garis tengah 5-10 cm
  • Buahnya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak
  • Biji dalam satu buah agregat banyak hitam mengkilat
  • Bijinya berwarna coklat tu


Indikasi
Daun digunakan untuk mengatasi: batuk, demam, reumatik, menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi, disentri, rectal prolaps pada anak-anak, cacingan, kutu kepala, pemakaian luar untuk borok, luka, bisul, skabies, kudis, dan ekzema. Biji digunakan untuk mengatasi:
pencernaan lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan serangga. Buah muda digunakan untuk mengatasi : diare, disentri akut, dan gangguan pencernaan (atonik dispepsia).
Akar digunakan untuk mengatasi: sembelit, disentri akut, depresi mental, dan nyeri tulang punggung.
Kulit kayu digunakan untuk mengatasi: diare, disentri, dan luka berdarah.