Jumat, 23 Desember 2011

Gendola (Basella rubra L.)

                            Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Apetalae
Bangsa : Caryophyllales (Centrospermae)
Famili : Basellaceae
Genus : Basella
Spesies : Basella rubra L.








Uraian :
Gendola dapat ditemukan tumbuh liar, kadang ditanam untuk dirambatkan pada pagar, atau pergola sebagai tanaman hias. Tanaman ini dapat ditemukan dari 1-500 m dpl. Terna, melilit kekiri, tumbuh merayap atau memanjat, panjang sampai 6 m. Batangnya yang panjang ini tidak berkayu dan sangat lemah, bentuknya bulat, lunak, bercabang, merayap dan melilit pada tonggak atau para-para. Batang yang merayap di atas tanah, akan mengeluarkan akar. Daun tunggal, bertangkai, letak berseling. Bentuk daun bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata kadang berombak, panjang 2-17 cm, lebar 1-13 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun, duduk sepanjang poros bulir, panjang 3-21 cm, mahkota putih dengan ujung ungu. Buahnya buah buni, bulat, diameter 4-7 mm, masih muda hijau, setelah masak warnanya menjadi ungu. Bijinya satu, bulat, keras, warnanya merah keputihan. Ada dua warna gendola, putih dan merah. Perbedaanya pada warna batang dan tulang daun. Gendola merah, memiliki batang dan tulang daun yang berwarna merah. Daunnya dapat disayur, sedang buahnya bila diperas mengeluarkan warna merah yang dapat digunakan untuk mewarnai bahan makanan. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.
 
Nama Lokal :
Gandola (Sunda), Gendola (Bali), lembayung (Minangkabau); Genjerot, gedrek, uci-uci (Jawa), Kandula (Madura); Tatabuwe (Sulut), Poiloo (Gorontalo), Kandola (Timor); Lo kuei (China).;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang usus buntu, Disentri, Berak darah, Influenza, Sembelit; Radang kandung kencing, Borok, Bisul, Abses, Campak (measles); Cacar air, Pegal linu, Reumatik, Radang selaput mata;

Referensi :
Anonim, 2005, Tanaman Obat Indonesia, http:// www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view : php?id=202, 15 Maret 2008
Gembong Tjitrosoepomo.1989.Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).Gadjah Mada University    Press.Yogyakarta
http://www.plantamor.com/
Van Steenis, C.G.G.J, 1975, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta.





Awar (Ficus septica Burm.F.)

a. Klasifikasi tanaman
Regnum : Plantae
 Divisio : Spermatophyta
  Sub Divisio : Angiospermae
   Kelas : Dicotyledoneae
    Sub Kelas : Apetalae
     Bangsa : Urticales
      Famili : Moraceae
       Genus : Ficus
         Spesies : Ficus septica Burm.F.
                       (van Steenis, 1975)






Tanaman Awar-awar secara empiris telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman Awar-awar mempunyai berbagai nama daerah yang berbeda-beda diantaranya : Sirih popar (Ambon), Bei, Loloyan (Minahasa); Ki ciyat (Sunda); Awar awar (Jawa); Bar-abar (Madura); Awar awar (Belitung); Tobotobo (Makasar); Dausalo (Bugis); Bobulutu (Halmahera Utara); Tagalolo (Ternate). Sedangkan nama asing untuk tanaman Awar-Awar antara lain : Papua Nugini : Omia (Kurereda), Manibwohebwahe (Wagawaga, Milne Bay), Bahuerueru (Vanapa); Filipina: Hauili (Filipino), Kauili (Tagalog), Sio (Bikol). Nama simplisia adalah Fici septicae folium; daun Awar-awar.

b. Deskripsi tanaman
Pohon atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53 cm. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul, tepi rata, 9-30 kali 9-16 cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang pucat. Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter lebih kurang 1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga jantan dan bunga gal, pada yang lain bunga betina. Buah tipe periuk, berdaging , hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5 - 2 cm. Waktu berbunga Januari - Desember. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura; tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1200 m dpl, banyak ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka.

c. Khasiat
Daun digunakan untuk obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, gigitan ular berbisa dan sesak napas. Akar digunakan untuk penawar racun (ikan) dan penanggulangan asma. Perasan air dari tumbukan akar awar awar dan Adas Pulowaras dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan, gadung (Dioscorea hispida dennst) dan kepiting. Jika ditumbuk dengan segenggam akar alang-alang dan airnya diperas merupakan obat muntah yang sangat manjur (Anonim, 2005). Untuk obat bisul dipakai ± 5 gram daun segar Ficus septica, ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul. Disamping itu daun dapat menyebabkan muntah. Getah dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing. Buah untuk pencahar.

d. Kandungan kimia
Daun Ficus septica mengandung senyawa flavonoid genistin dan kaempferitrin, kumarin, senyawa fenolik, pirimidin dan alkaloid antofin, 10S,13aR-antofin N-oxide, dehidrotylophorin, ficuseptin A, tylophorin, 2-Demetoksitylophorin, 14α-Hidroksiisotylopcrebin N-oxide, saponin triterpenoid, sterol (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008, Yang et al., 2005, Damu et al., 2005). Akar mengandung sterol dan polifenol (Hutapea, 1991). Alkaloid yang terkandung pada batang antara lain adalah fenantroindolisidin (ficuseptin B, ficuseptin C, ficuseptin D, 10R,13aR-tylophorin N-oxide, 10R,13aR-tylocrebrin N-oxide, 10S,13aR-tylocrebrin N-oxide, 10S,13aR-isotylocrebrin N-oxide, dan 10S,13aS-isotylocrebrin N-oxide (Damu et al., 2005). Daun dan akar mengandung stigmasterol dan β-sitosterol (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008). Daun dan batang mengandung alkaloid isotylocrebin dan tylocrebin (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008).
Gambar. Struktur kimia senyawa kandungan Ficus septica. Kandungan alkaloid berupa senyawa antofin (1), 2-Demethoxytylophorine (2), Isotylocrebine (3),  Tylocrebine (4),Tylophorine (5), 10S,13aR-anofine N-oxide (6), Dehydrotylophorine (7), dan Ficuseptine A (8), kandungan flavonoid berupa kaempferitrin (10) dan genistin (11), serta senyawa kumarin (9) (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008).

e. Penelitian tentang Ficus septica
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Alkaloid fenantroindolisidin dalam daun Ficus septica memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker. Aktivitas sitotoksik komponen fenantroindolisidin menunjukkan nilai poten yang tinggi pada cell lines carcinoma KB-VI (multidrugs resistance cell) dan KB-3-1(sensitive cell). Salah satu komponen fenantroindolisidin berupa 6-O-desmethylantofine dari Tylophora tanakae mempunyai IC50 7 ± 3 nM untuk sel KB-3-1dan IC50 10 ± 4 nM untuk sel KB-VI (Staerk et al., 2002). Batang Ficus septica yang terbukti mengandung alkaloid fenantroindolisin mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker nasofaring HONE-1 dan sel kanker lambung NUGC (Damu,et al., 2005). Yang et al. (2005) melaporkan bahwa alkaloid daun Ficus septica yaitu tilophorin dan ficuseptin dapat menghambat enzim siklooksigenase (COX)-2. Ekstrak etanolik daun Ficus septica Burm. f. memberikan efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D dengan IC50 59 µg/ml (unpublished data, ccrc). Isoflavonoid genistin memiliki aktivitas sitotoksik melalui pemacuan apoptosis pada sel kanker ovarian, SV-OV-3 (Choi et al., 2006). Isoflavonoid genistin menginduksi apoptosis pada sel kanker ovarian SK-OV-3 melalui peningkatan aktivitas caspase 3 (Choi et al., 2006). Kumarin umbelliprenin dan senyawa fenolik resveratrol diketahui memiliki aktivitas stotoksik pada sel MCF7 ( Lim et al., 2008; Guisado et al., 2002). Penelitian Chu et al. (2001) membuktikan kumarin eskuletin mampu menginduksi apoptosis dan menurunkan ekspresi protein Bcl-2 hingga 58% pada sel leukemia HL-60 selama inkubasi 9 jam. Penelitian Guisado et al (2005) menyatakan bahwa senyawa fenolik resveratrol menginduksi apoptosis melalui down ­ regulasi NFκB pada penghambatan jalur signaling PI3K/Akt yang mengakibatkan penurunan ekspresi protein Bcl-2.Triterpenoid Amooranin dari tanaman tropis India Amoora rohituka menginduksi apoptosis dengan menurunkan ekspresi protein Bcl-2 serta memotong caspase 8, 9, 6 , Bid pada sel kanker payudara MCF-7 (Rabi et al., 2007).

REFERENSI
Anonim, 2005, Tanaman Obat Indonesia, http:// www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view : php?id=202, 15 Maret 2008
Choi, J. E., Kim, T., and Lee, M. S., 2007, Pro-apoptotic effect and cytotoxicity of genistein and genistin in human ovarian cancer SK-OV-3 cells, Life Sciences , 80 : 1403–1408.
Chu, C. Y., Tsai, Y. Y., Wang, C. J., Lin, W. L., and Tseng, T. H., 2001, Induction of apoptosis by esculetin in human leukemia cells, Eur J Pharmacol, 416(2):25-32.
Damu, Amooru G., Kuo, Ping-Chung, Shi, Lian Shi, Li, Chia-Ying, Kuoh, Chang-Sheng, Wu, Pei-Lin, Wu, and Tian-Shung, 2005, Phenanthroindolizidine Alkaloids from The Stems of Ficus septica, J. Nat. Pro,. 68:1071-1075.
Guisado, E. P., Barrientos, A. A., Navarro, S. M., Josefat, B. S., and Salguero, P. M., 2002, The antiproliferative activity of resveratrol results in apoptosis in MCF7 but not in MDA-MB-231 human breast cancer cells : cell-specific alteration of the cell cycle, Biochemical Pharmacology, 64, 1375 -1386.
Guisado, E. P., Merino, J. M., Navarro S. M., Benayas M. J., Centeno F., Barrientos A., and Salguero P. M., 2005, Resveratrol-induced apoptosis in MCF-7 human breast cancer cells involves a caspase-independent mechanism with down-regulation of Bcl-2 and NF-kappaB, Int J Cancer, 115: 74-84.
Lansky, E. P., Paavilainen, H. M., Pawlus, A. D., and Newman, R. A., 2008, Ficus spp. (fig): Ethnobotany and potential as anticancer and anti-inflammatory agents, Journal of Ethnopharmacology, 119 : 195-213.
Lim, S., Iranshahi, M., Chollet, P., and Barthomeuf, C., 2008, Umbelliprenin from Ferula szowitsiana inhibits the growth of human M4Beu metastatic pigmented malignant melanoma cells through cell-cycle arrest in G1 and induction of caspase-dependent apoptosis, Phytomedicine, 11: 103.
Rabi, T., Wang, L., Sipra, B., 2007, Novel triterpenoid 25-hydroxy-3-oxoolean-12-en-28-oic acid induces growth arrest and apoptosis in breast cancer cells, Breast cancer research, 101 (1):27-36.
Staerk, D, Lykkeberg,A.K, Christensen, J, Budnik,B.A., Abe, F. and Jaroszewski,J.W., 2002, In Vitro Cytotoxic Activity of Phenanthroindolizidine Alkaloids from Cynanchum vincetoxicum dan Tylophora tanakae against Drug-Sensitive dan Multidrug Resistant Cancer Cells, J. Nat. Prood, 65:1299-1302.
Van Steenis, C.G.G.J, 1975, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Wu, P.-L., Rao, K.V., Su, C.-H., Kuoh, C.-S., Wu, T.-S., 2002, Phenanthroindolizidine alkaloids and their cytotoxicity from the leaves of Ficus septica. Heterocycles, Science Japan, 57: 2401–2408.

Yang, Cheng- Wei, Chen, Wei Liang., Wu, Pei Lin., Tseng, Huan Yi., Lee, and Shiow Ju. 2005, Anti-Inflammatory Mechanisms of Phenanthroindolizidine Alkaloid, Mol Pharmacol, 69:749-758 ,National Cheng Kung University, Tainan.









Kamis, 22 Desember 2011

Lokwat/ Mispel Jepang (Eriobotrya japonica (Thunb.) Lindl.)

Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Eriobotrya
Spesies : Eriobotrya japonica (Thunb.) Lindl.








 


Deskripsi :
Tumbuhan berbentuk pohon, berumur menahun (perenial), tinggi 5 - 10 m. Akar tunggang. Batang berkayu, tumbuh tegak, silindris, padat, warna coklat, percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas), arah cabang miring ke atas. Daun tunggal, bertangkai, warna saat muda hijau kekuningan - setelah dewasa hijau, panjang 7 - 15 cm, lebar 4 - 7 cm, bentuk lonjong (elliptica), ujung runcing (acutus), pangkal runcing (acutus), tepi bergerigi (serratus), permukaan atas halus (glaber), permukaan bawah kasap (scaber), tidak pernah meluruh Bunga majemuk, bentuk malai (panicula), muncul dari ujung batang (terminalis), bertngakai pendek berbulu, daun mahkota tidak berlekatan (polypetalus) Buah semu, lonjong, panjang 3 - 5 cm, warna saat muda hijau - setelah tua kuning, dengan biji bulat telur, coklat Perbanyaan Generatif (biji).