Kamis, 22 Desember 2011

Jintan (Cuminum cyminum L.)


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Umbelliflorae (Apiales)
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Cuminum
Spesies : Cuminum cyminum L.




1. Nama tanaman
Nama jintan untuk tiap daerah di Indonesia adalah :
Jintan Putih (Indonesia), Jinten Putih (Jawa), Ginten (Bali); Jinten Bodas (Sunda), Jhinten pote (Madura); Jeura engkut, Jeura putih (Aceh), Jinten pute (Bugis). 

2. Morfologi Tanaman
Tanaman jintan putih merupakan tanaman terna, tinggi 1,5-5 meter. Batang bergaris-garis dan tidak berbulu. Berbentuk pita, panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk payung, panjang mahkota bunga 1 mm, warna putih atau merah. Panjang buah 5 mm-7, dan lebar 3 mm. Tanaman ini mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang (Heyne, 1987).

3. Habitat dan Penyebaran
Jintan putih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk, seperti misalnya di daerah India utara dekat kaki pegunungan Himalaya, selain itu juga terdapat banyak di Meksiko, dan Thailand. Di Indonesia meskipun dapat tumbuh, pada umumnya kurang baik (Ipteknet, 2005).

4. Kandungan Kimia
Tanaman ini mengandung minyak atsiri, luteolin, apigenin, minyak lemak, hans, dan zat samak. Biji jintan putih mengandung unsur minyak menguap (terbang) sebanyak kurang dari 8 %. Komponen utama dalam minyak menguap adalah cuminal dan safranal (sejumlah 32% dan 24%). Komponen lain yang berisi lebih dari 1 % adalah monoterpen, sesquiterpen, aldehid aromatik dan oksida aromatik. Komponen lain yang jumlahnya kecil adalah terpen, terpenol, terpenal, terpenon, ester terpen, dan komponen aromatic (Sahelian, 2005).
 
Komponen yang diduga mempunyai aktivitas antikarsinogenik dari Cuminum Cyminum L.sesquiterpen (Takayanagi et al., 2003). Bentuk senyawa tersebut adalah glikosida yang mempunyai karakter dapat larut di dalam pelarut yang relatif polar salah satunya adalah etanol. Oleh karena itu proses ekstraksi dengan pelarut etanol dapat melarutkan senyawa glikosida dari biji jintan putih. salah satunya adalah senyawa glikosida lakton.

5. Penelitian
Berdasarkan hasil-hasil pengujian secara praklinis, dapat disimpulkan bahwa Cuminum Cyminum L. memiliki sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antigenotoksik, antihiperglikemia, antimikrobia, antioksidan, antispasme, karminatif, digestif, larvasidal (Takayanagi et al., 2003).
 
Sebuah penelitian membuktikan bahwa biji Cuminum Cyminum L. dapat menghambat pertumbuhan tumor lambung dan tumor leher rahim pada tikus akibat pemberian Benzo[a]piren (Gagandep et al., 2003). Dalam penelitian tersebut, Cuminum Cyminum L. diberikan kepada hewan uji yang sebelumnya telah diinduksi kanker dengan B[a]P dalam bentuk biji utuh dalam makanan hewan uji. Mekanisme penghambatan pertumbuhan tumor oleh biji Cuminum Cyminum L. menurut penelitian tersebut adalah melalui penginduksian enzim-enzim yang terlibat dalam proses metabolisme fase I dan fase II, diantaranya adalah cytochrom p450, Glutation-S-transferase, dan cytochrome b5, serta beberapa enzim katalase (Gagandep et al., 2003).
 
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nalini (1998), dibuktikan bahwa cumin mampu melindungi kolon dari senyawa karsinogen 1,2-dimetil hidrasin (DMH). DMH menyebabkan peningkatan aktivitas beta glukoronidase, yang diikuti oleh peningkatan proses hidrolisis konjugat glukoronida. Akibatnya dapat memicu pelepasan toksin. Cumin mampu menurunkan aktivitas beta glukoronidase, sehingga mampu mencegah pelepasan toksin yang juga terekspresi pada beberapa jenis kanker. 


Daftar pustaka
Gagandeep, Dhanalakshmi S, Mendiz E, Rao AR, Kale RK, 2003, Chemopreventive effects of Cuminum cyminum in chemically induced forestomach and uterine cervix tumors in murine model systems, Nutr Cancer;47(2):171-80
Heyne, K., 1987, Tanaman Berguna Indonesia, jilid II, cetakan pertama, 1073-1074, diterjemahkan oleh Badan Litbang Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Nalini, Sabitha, Viswanathan, Menon, 1998, Influence of Spices on the Bacterial (Enzyme) Activity in Experimental Colon Cancer, J Ethnopharmacol, 62(1): 15-24.
Sahelian, R., M.D.,2005, Cumin, diambil dari
http://www.raysahelian.com/cumin.html, diakses September 2005
Takayanagi T, Ishikawa T, Kitajima J, 2003, Sesquiterpene lactone glucosides and alkyl glycosides from the fruit of cumin, Phytochemistry, 63(4):479-84

Mentimun (Cucumis sativus)

 Klasifikasi :
      Regnum : Plantae
      Divisio : Spermatophyta
      Sub Divisio : Angiospermae
      Kelas : Dicotyledoneae
      Sub Kelas : Sympetalae
      Bangsa : Cucurbitales
      Famili : Cucurbitaceae
      Genus : Cucumis
      Spesies : Cucumis sativus


Gambar : Tanaman Mentimun




a. Morfologi 
            Ketimun atau mentimun merupakan suatu jenis tanaman merambat yang buahnya terutama dimakan sebagai lalap dan sayur. Tanaman ini termasuk dalam anggota suku labu-labuan. Ketimun diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India Utara. Di negeri itu, ketimun telah ditanam selama 3000 tahun.
            Ketimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah, atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur, dan mendapat sinar matahari  penuh dengan drainage yang baik.
            Ketimun sebaiknya dirambatkan ke para-para dan tumbuh baik pada dataran rendah sampai 1.300 meter di atas permukaan laut. Tanaman semusim ini merayap pada tonggak atau tumbuhan lain.
Ketimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur ketimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah misalnya, sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah itu. Kira-kira sehari setelah sentuhan pertama sulur mulai bergelung, atau menggulung dari bagian ujung maupun pangkal sulur. Gelung-gelung terbentuk mengelilingi suatu titik di tengah sulur yang disebut titik gelung balik. Dalam 24 jam, sulur telah tergulung ketat.
Batang tanaman ketimun berbulu kasar, basah, dan mempunyai panjang 0,5-2,5 meter. Daunnya merupakan daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang, dan bentuknya bulat telur lebar. Daun ini bertajuk 3-7 dengan pangkal berbentuk jantung, ujungnya runcing dan tepinya bergerigi. Panjangnya 7-18 cm, lebar 7-15 cm, dan warnanya hijau.
Bunga tanaman Cucumis sativus ada yang jantan berwarna putih kekuningan dan bunga betinanya berbentuk seperti terompet yang ditutupi oleh bulu-bulu. Tanaman ketimun mempunyai buah yang bulat panjang, tumbuh menggantung, warnanya hijau, berlilin putih dan setelah tua, warnya kuning kotor. Buah ini panjangnya 10-30 cm dan bagian pangkalnya berbintil.
Daging buah ketimun mengandung banyak air yang berwarna putih atau kekuningan. Di dalam buah terdapat banyak biji yang bentuknya lonjong meruncing pipih dan warnanya putih kotor.
Daun dan tangkai Cucumis sativus bisa dimakan sebagai lalap mentah atau dikukus. Buahnya bisa dimakan mentah, direbus, dikukus, atau disayur. Bisa juga dibuat acar atau dimakan bersama rujak.

b. Anatomi 
Nama simplisia dari tanaman mentimun antara lain Cucumidis Folium yaitu daun mentimun dan Cucumidis Semen yaitu biji mentimun.

Gambar : Penampang Lintang Daun Mentimun
           Pada penampang melintang melalui tulang daun, tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang dengan rambut penutup bersel 2 sampai 3 yang khas bentuknya dan mempunyai rambut kelenjar. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang dengan rambut penutup.
            Mesofil daun meliputi jaringan palisade yang terdiri dari 1 atau 2 lapis sel. Jaringan kolenkim berbentuk kecil-kecil. Jaringan bunga karang pada daun mentimun termasuk rapat susunannya, serta terdapat berkas pengangkut yang  terdiri dari floem dan xilem. Pada sayatan paradermal, tampak epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik dan rambut penutup.
            Serbuk simplisia mentimun berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah fragmen parenkim dengan berkas pembuluh penebalan tangga, sel-sel epidermis dengan stomata dan rambut penutup serta rambut kelenjar, terdapat suatu jaringan basis rambut dengan sel epidermis, serta fragmen rambut penutup yang bebas.
  
b. Cucumidis Semen (biji mentimun)


            Pada penampang melintang biji, tampak  kulit biji terdiri dari lapisan kutikula tebal dan jernih. Dibawahnya terdapat lapisan sel berbentuk silindrik serupa dengan jaringan palisade dengan dinding berkelok-kelok, dan parenkim termampatkan. Dibawah jaringan parenkim terdapat lapisan sel batu, lumen jelas dan tersusun tegak. Jaringan berikutnya terdiri dari sel parenkim yang bentuknya tidak beraturan, dan dinding sel yangtebal berwarna bening.
            Keping biji terdiri dari epidermis keping biji berbentuk segi empat memanjang. Parenkim keping biji berdinding tebal berisi aleuron dan minyak. Serbuk simplisia biji mentimun berwarna putih kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen kulit biji serupa jaringan palisade, sel batu parenkim, parenkim keping biji dengan tetes minyak dan butir aleuron. 
   
c. Buah Mentimun
            Buah mentimun bila ditinjau dari sudut susunannya tidak jauh berbeda dengan buah buni. Biasanya kulit buah yang di bagian luar lebih tebal dan lebih kaku, ruangan buah selain berisi biji-biji dalam jumlah yang besar masih mempunyai bagian yang kosong.
            Buah mentimun terjadi dari tiga daun buah yang tepinya melipat ke dalam dan merupakan sekat-sekat sejati, tetapi ujung daun-daun buah itu melipat lagi ke arah dinding buah, sehingga ruang-ruang yang telah terjadi dari tengah-tengah buah terbagi lagi oleh sekat-sekat yang tidak sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa buah mentimun pada mulanya mempunyai tiga ruangan, yang masing-masing terbagi dua lagi oleh sekat yang tidak sempurna. Jika buah telah masak, sekat-sekat lenyap, hingga buah hanya mempunyai satu ruangan saja dengan rongga yang kosong ditengahnya.

c. Fisiologi
             Tanaman ini termasuk dalam tanaman C3. Fiksasi karbon awal terjadi melalui rubisko, enzim siklus calvin yang menambahkan CO2 pada ribulosa berfosfat. Produk fiksasi karbon organic pertama ialah senyawa berkarbon-tiga, 3-fosfogliserat. Proses potorespirasi terjadi dalam cahaya (foto) dan mengkonsumsi O2 (respirasi).
            Buah tanaman bernama latin Cucumis sativus L ini mengandung saponin, enzim proteolitik, glutation. Timun dikatakan juga mengandung 35.100 - 486.700 ppm asam linoleat. Sebagai suku Cucurbitaceae, yang biasanya mengandung kukurbitasin, timun kemungkinan juga mengandung senyawa tersebut. Kukurbitasin merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antitumor. Saponin adalah senyawa surfaktan. Dan berbagai hasil penelitian disimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Mekanisme antikoarsinigenik saponin meliputi efek antioksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker. Saponin dari kedelai merupakan sumber makanan yang sudah diteliti dapat menurunkan risiko kanker.
             Glutation merupakan antioksidan endogen dalam tubuh yang digunakan sebagai penangkal oksidatif yang di antaranya akibat senyawa radikal bebas, atau karsinogen. Sifat oksidatif dari glutation adalah glutation mampu melakukan peroksidasi terhadap radikal bebas dalam tubuh. Tumbuhan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, mampu meningkatkan aktivitas glutation dan glutation transferase.
Asam linoleat termasuk asam lemak esensial yang terdapat dalam lemak nabati maupun hewani. Bentuk asam lemak linoleat terkonyugasi (conjugated linoleic acid=CLA) dikatakan bersifat antikanker. Dari sumber elektronik diketahui bahwa biji ketimun mengandung CLA. CLA bersifat antioksidan, yang dapat melawan kerusakan akibat radikal bebas.

DAFTAR PUSTAKA
 Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid V, 165-166, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
 Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, 86-88, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
 Anonim, 1997, Ensiklopedi Nasional Indonesia, P.T. Delta Pamungkas, Jakarta
 Anonim, Tetumbuhan, P.T. Tira Pustaka, Jakarta
 Byrd Graf, Alfred, 1992, Tropica, Roehrs Company, East Ruthetford
 Campbell, Neil a., 2000, Biologi, Edisi kelima, jilid 1, 196-197, Erlangga, Jakarta
 Time-Life for Children, 2002, Dunia Tumbuhan, P.T. Tira Pustaka, Jakarta
 Tjitrosoepomo, G., 2005, Morfologi Tumbuhan, 235, Gadjah Mada University
            Press, Yogyakarta


Legundi (Vitex trifolia L.)

Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Vitex
Spesies : Vitex trifolia

Sinonim :
Vitex negundo, Vitex rotundifolia L.f.


Nama Lokal : NAMA DAERAH; NAMA ASING; NAMA SIMPLISIA: Vitecis Folium




Uraian :
Pohon jarang sebagai semak merayap, tajuk tidak beraturan, aromatik, tinggi 1-4 m. Batang pokok jelas, kulit batang coklat muda-tua, batang muda segi empat, banyak bercabang. Daun majemuk menjari, duduk, daun berhadapan, anak daun 1-3, daun ke 2 dan 3, duduk, anak daun ujung bertangkai kurang dari 0,5 cm, helaian bulat telur-elip-bulat memanjang bulat telur terbalik, anak daun terbesar 49,5 x 1,75-3,75 cm, yang berdaun satu 2-6,5 x 1,25-3,5 cm.
Bunga susunan majemuk malai, dengan struktur dasar menggarpu, malai 3,5-24 cm, garpu 2-6,5 cm, 3-15 bunga, rapat dan berjejal. Tinggi daun kelopak 3-4,5 mm. Tabung mahkota 7-8 mm., diameter segmen median dari bibir bawah 4-6 mm. Benan sarinya 4 dekat pertengahan tabung mahkota, panjang dua. Putik: bakal buah sempurna 2 ruang, perruang 2 bagian, bakal biji duduk secara lateral, tangkai putik; rambut, ujung bercabang dua. Buah tipe drupa, duduk, berair atau kering, dinding keras. Waktu berbunga Januari - Desember. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Di Jawa tumbuh di daerah dengan ketinggian 11-100 m dpl, pada umumnya tumbuh liar pada daerah hutan jati, hutan sekunder, di tepi jalan, pematang sawah. Perbanyakan: dapat dilakukan dengan biji atau stek batang; jikamenggunakan stek batang seyogyanya diambil dari batang yang tidak terlalu muda. Stek batang tersebut mudah sekali tumbuh dan akan mulai bertunas setelah 4-5 hari terhitung dari sejak penanaman. Tumbuhan ini mudah tumbuh di segala jenis tanah, namun lebih menyukai tempat yang agak kering dan pada daerah yang terbuka. Tumbuh dengan baik pada media tumbuh yang terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang dan lempung.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
EFEK BIOLOGI DAN FARMAKOLOGI Daun Minyak atsiri daun dengan kadar 12,5% mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Fraksi yang larut dalam etanol dari ekstrak daun yang larut dalam n-heksana dan ekstrak yang larut dalam etanol dapat menghambat kontraksi trakhea marmot secara in vitro yang di akibatkan karena pemberian histamin. Hasil penelitian lain terhadap ekstrak yang larut dalam etanol yaitu adanya efek antelmintika terhadap cacing Ascaris sp dan Ancylostoma sp. Minyak legundi dapat melindungi marmot dari gigitan nyamuk Aedes aegypti selama waktu tertentu. Toksisitas Ld50 ekstrak Vitex trifolia pada tikus putih secara oral 16,65 g/kg BB.

Pemanfaatan :
KEGUNAAN DI MASYARAKAT
a. Akar untuk pencegah kehamilan, penyembuhan pasca persalinan.
b. Batang untuk menyembuhkan bengkak dan eksim.
c. Biji sebagai pereda batuk, penyegar badan, perawatan rambut.
d. Buah sebagai obat cacing dan peluruh haid.
e. Daun digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, pusing, masuk angin, menurunkan panas, meredakan kejang, batuk, radang amandel, tuberkulose, tifus, peluruh air seni, peluruh angin perut, peluruh keringat, melancarkan haid, membersihkan rahim, demam nifas, busting air, menyembuhkan luka, kudis dan untuk membunuh serangga.

CARA PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Untuk obat cacing :
Digunakan 15 gram daun legundi segar direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit; setelah dingin, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.

Komposisi :
Daun Daun mengandung minyak atsiri yang tersusun dari seskuiterpen, terpenoid, senyawa ester, alkaloid (vitrisin), glikosida flavon (artemetin dan 7-desmetil artemetin) dan komponen non flavonoid friedelin, ß-sitosterol, glukosida dan senyawa hidrokarbon. Hasil penelitian terhadap minyak atsiri daun legundi atas dasar reaksi warna menggunakan metode kromatografi lapisan tipis ditemukan senyawa golongan aldehida dan atau keton, senyawa tidak jenuh, senyawa dengan ikatan rangkap terkonjugasi, senyawa terpenoid; sedangkan analisis dengan.kromatografi gas ditemukan keberadaan sineol. Biji minyak biji mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, asam lemak. Pada jenis tumbuhan lain yaitu Vitex negundo L. ditemukan asam protokatekuat, asam 5-hidroksi isoftalat, glukononitol. Sedangkan pada jenis Vitex agnus cactus L., disamping mengandung minyak atsiri, juga mengandang glikosida iridoid yaitu aukubin dan agnusid. Kayu Bagian kayu Vitex lucens (L.)T. Kirk (=Tj litoralis A. Cunn) ditemukan viteksin, isoviteksin, orientin, isoorientin, visenin (6,8-C-diglukoflavon), asam p-hidroksi benzoat dari suatu hasil penyabunan ekstrak.

Masyarakat di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, misalnya, menggunakan daun legundi untuk mengatasi asma. Itu mendorong Prof Dr Drs Gemini Alam MSi Apt, guru besar di Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar, menguji legundi secara praklinis. Ia mengekstrak daun legundi Vitex trifolia dan menghasilkan tiga senyawa aktif murni, yakni viteosin-A, viteksikarpin, dan vitetrifolin E. Gemini lantas menguji ketiga senyawa aktif itu pada trakea marmut.

Doktor Farmakologi alumnus Universitas Hasanuddin itu membedah 7 marmut jantan dan mengambil cincin otot polos di organ trakea. Trakea sebagai organ uji karena secara anatomi tersusun oleh otot polos dan tulang rawan yang merupakan penyusun saluran pernapasan. Pada manusia, trakea atau tenggorokan adalah saluran pernapasan bagian atas, berbentuk tabung sepanjang 10 - 12 cm, berdiameter 2 - 3 cm.

Organ itu berguna untuk menyalurkan udara dari luar yang masuk ke paru-paru dan dari dalam paru-paru ke luar. Jika otot polos trakea terkontraksi, menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. Namun, ketika otot polos terelaksasi, menyebabkan pelebaran saluran pernapasan. Gemini lantas memasukkan cincin otot polos ke dalam larutan buffercrab. Larutan itu dikondisikan sebagai cairan tubuh manusia, antara lain mengandung natrium khlorida (NaCl) untuk menjaga pH larutan tetap stabil.

Longgarkan saluran
Gemini Alam menguji legundi secara farmakodinamik untuk melihat efek senyawa yang diberikan secara langsung pada organ yang dituju agar respon yang terlihat lebih cepat. Ia memberikan histamin berkonsentrasi 10-7 - 10-3 M untuk memicu respon kontraksi trakea. Histamin merupakan zat yang diproduksi tubuh, terutama dalam beberapa jenis sel darah. Keluarnya histamin dari dalam sel, menimbulkan pelebaran pembuluh darah, reaksi alergi berupa gatal, kemerahan, bengkak, dan sesak napas.

Periset itu menguji ketiga bahan aktif hasil ekstraksi daun legundi dengan konsentrasi masing-masing 4.0 x10-4 M (n=3). Hasilnya viteosin-A mampu menghambat 50,5% kontraksi, viteksikarpin (92,1%), dan vitetrifolin E (91,8%). Gemini menyimpulkan ketiga senyawa aktif dalam daun legundi itu berkhasiat antiasma. Artinya legundi mampu melebarkan jalan pernapasan.

Menurut dr Ariningsih di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, penyebab asma antara lain penyempitan saluran napas dan produksi lendir di saluran pernapasan berlebih. Alergi karena debu, menghirup serangga kecil, atau dingin juga memicu asma. Ketika itulah otot trakea berkontraksi sehingga jalan pernapasan menyempit. “Daun legundi dapat merelaksasi otot trakea. Senyawa aktif pada daun legundi memberikan efek trakeospasmolitik pada organ trakea,” kata Gemini Alam.

Efek trakeospasmolitik berarti mampu merelaksasi otot trakea. Untuk itu ia menyarankan penggunaan daun legundi untuk asma akibat alergi yang menyebabkan penyempitan otot-otot pernapasan. Toh, legundi aman konsumsi sebagaimana hasil uji toksisitas. Menurut Gemini ekstrak daun anggota famili Verbenaceae itu tidak toksik, baik pada penggunaan dosis tunggal maupun pada dosis berulang untuk pemakaian jangka panjang. Beragam organ seperti hati dan ginjal tak mengalami gangguan fungsi setelah konsumsi daun legundi.

Menurut Gemini Alam terdapat 10 jenis tanaman obat yang sering ia temui sebagai komposisi obat antiasma. Enam herbal di antaranya, yakni legundi, cengkih, kayuputih, kemukus, temulawak, dan timi bersifat trakeopasmolitik. Euglobals, senyawa aktif utama ekstrak daun kayuputih, menghambat proses granulasi sel mast - sel yang memproduksi histamin sebagai reaksi alergi. Pada ekstrak daun ,eugenol bertanggungjawab terhadap aktivitas trakeospasmolitik. Sedangkan senyawa aktif lignan kubebin dan dehidrokubebin pada kemukus menghambat kontraksi trakea

Multikhasiat
Zullies Ikawati, dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, juga meneliti ekstrak daun legundi untuk antialergi. Dalam riset itu Ikawati memadukan daun legundi dan ekstrak rimpang temulawak. Menurut Ikawati daun legundi memiliki khasiat antihistamin dan sekaligus stabilisasi sel mast. Sedangkan kurkumin - senyawa aktif dalam - berkhasiat antiradang dan antialergi.

Daun legundi bukan herbal asing bagi herbalis di tanahair. Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, bertahun-tahun meresepkan daun legundi untuk mengobati asma. Kepada pasien asma, Lina meresepkan 10 - 15 daun segar. Pasien tinggal merebus dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa segelas. Hasil rebusan itulah yang siap minum. Menurut Lina pasien yang mengonsumsi rebusan daun legundi akan merasakan badan segar kembali.

Selain untuk asma, legundi juga manjur mengobati kaki atau tangan yang terkilir atau mengempeskan bagian tubuh yang bengkak. Caranya dengan menumbuk daunnya dan menempelkannya di bagian tubuh yang bengkak. Legundi yang umumnya tumbuh liar memiliki khasiat mengurangi rasa nyeri, rematik, peluruh air seni, dan penurun panas.

Hartini Koentjoro, herbalis di Kotamadya Depok, Jawa Barat, meresepkan daun legundi untuk mandi. Ia biasanya memasukkan segenggam daun legundi ke bak mandi beberapa menit sebelum membersihkan tubuh. “Badan akan terasa segar,” kata Hartini. Sudah begitu bebas asma pula. Legundi kini menjadi herbal alternatif untuk mengatasi asma.