Kamis, 29 Desember 2011

Daun mimba (Azadirachta indica Juss.)


a. Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Sp. : Azadirachta indica Juss.
 

b. Morfologi tanaman
Tanaman Azadirachta indica Juss. Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1997).
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm (Backer dan Van der Brink, 1965).

c. Nama daerah
Jawa : Imba, Mimba
Madura : Membha, Mempheuh
Bali : Intaran, Mimba
Inggris/Belanda : Margosier, Margosatree, Neem tree (Heyne, 1987)

d. Pemerian daun
1. Organoleptis : Bau lemah, rasa pahit
2. Makroskopis :
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.
3. Mikroskopi
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, rambut penutup terdiri dari satu sel panjang agak bergelombang, dinding tipis, ujung runcing. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari dua lapis sel silindris ramping. Di dalam sel palissade terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset, kadang-kadang dalam satu sel terdapat beberapa hablur, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk hampir bulat, rongga udara besar, di dalam jaringan bunga karang terdapat ruang sekresi dan hablur kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe bikolateral dikelilingi serabut, pada parenkim berkas pembuluh terdapat sel berisi hablur kalsium oksalat bentuk roset dan kadang-kadang berbentuk prisma. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis atas dan sel epidermis bawah berbentuk poligonal dengan dinding antiklinal lurus, stomata tipe anomositik, hanya terdapat pada epidermis bawah.
4. Serbuk
Warna hijau. Fragmen pengenal adalah rambut penutup bersel tunggal, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsiumoksalat berbentuk roset, lepas atau dalam jaringan mesofil, framen berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan ruang sekret, rambut penutup terdiri dari satu sel sedikit bergelombang, ujung runcing, dinding tipis berkas pembuluh dengan pembuluh kayu penebalan tangga, fragmen palisade dengan kalsium oksalat berbentuk roset berderet-deret.
5. Habitat
Tumbuhan liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan Van der Brink, 1965).
6. Kandungan kimia
Daun Azadirachta indica Juss mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke , 1992). Daun Azadirachta indica Juss mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).

e. Khasiat dan kegunaan
Tanaman Azadirachta indica Juss mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana Azadirachta indica Juss, digunkaan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb, 1986). Daun Azadirachta indica Juss juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997).
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar.
Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).

f. Kandungan kimia
Metabolit yang ditemukan dari Azadirachta indica antara lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, azadirachtin.
Dalam biji mimba terkandung azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksi-azadiradion, gedunin, 17-epiazadiradion, 17-b-hidroksi azadiradion dan alkaloid.
Metabolit yang ditemukan dalam ekstrak ranting segar yang larut dalam diklorometana antara lain desasetil nimbinolid, desasetil nimbin, desasetil isonimbinolid.
Kulit batang dan kulit akar mengandung nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin (suatu senyawa alkaloid)


Bunga : hasil hidrolisis ekstrak bunga ditemukan kuersetin, kaemferol, dan sedikit mirisetin.
Kayu : dari  bagian  kayu  ditemukan nimaton, C24H30O5, 15%  zat samak terkondensasi.
Buah : alkaloid (azaridin).
Daun :  Paraisin,  suatu  alkaloid  dan  komponen minyak atsiri  mengandung senyawa sulfida.
Tangkai dan ranting hijau: 2 tetranortriterpenoid-hidroksibutenolida yaitu desasetilnimbinolida dan desasetilisonimbinolida yang berhasil diisolasi bersama dengan desasetilnimbin.

Di samping itu terdapat pula senyawa 17-epiazadi-radion, 17-b-hidroksiazadiradion, azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, dan gedunin.
g. Efek Biologi dan Farmakologi
Tumbuhan :  mimba  memiliki efek antiserangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling poten.
Daun : ekstrak  daun dapat  berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen berefek insektisida terhadap larva  Aedes aegypti.
Biji : ekstrak biji berpengaruh sublethal terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus dan penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit.

h. Toksisitas
Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi.

i. Kegunaan di masyarakat
Daun : digunakan untuk penambah nafsu makan, untuk menanggulangi disentri, borok, malaria, anti bakteri.
Minyak : untuk mengatasi eksim, kepala yang kotor, kudis, cacing, menghambat perkembangan dan pertumbuhan kuman.
Kulit batang : digunakan untuk mengatasi nyeri lambung, penguat, penurun demam.
Buah dan getah : digunakan sebagai penguat.

j. Cara pemakaian di masyarakat
Untuk mengatasi disentri:
Sepertiga genggam daun mimba, 2 jari batang mimba dicuci dan dipotong-potong seperlunya, kemudian direbus dengan 3 gelas air bersih sampai air tinggal ¾ nya; setelah dingin, disaring dan diminum dengan gula seperlunya (2 kali sehari ¾ gelas).
Untuk mengatasi eksim:
20 lembar daun mimba dicuci dan digiling halus, diremas dengan air kapur sirih seperlunya, kemudian ditempelkan pada kulit yang terkena eksim dan dibalut (2 kali sehari sebanyak yang diperlukan).

Pustaka
  1. Anonim., 1985. Medicinal Herbs Index in Indonesia, Jilid I,  PT.Eisai Indonesia, Jakarta, 219 
  2. Anonim., 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 67 
  3. Anonim.,  1995. Medicinal Herbs Index in Indonesia, Jilid II, PT.Eisai Indonesia, Jakarta, 168 
  4. Backer, C.A.,  and  Bakhuizen v.d. Brink, R.C., 1965. Flora of Java, Volume II,  NVP  Noordhoff, Groningen, 120 
  5. Hegnauer,  R., 1986. Chemotaxonomie der Pflanzen, Birkhauser Verlag, Stuttgart. 
  6. Heyne.,  1987.  Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid I-IV, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, 1119 
  7. Lestari,  S., 1995. Efikasi Daun Mimba (Azadirachta indica) terhadap Larva Aedes Aegypti, Skripsi, Fak. Kedokteran Umum UGM, Yogyakarta 
  8. Mardisiswoyo, S.,  dan  Rajakmangunsudarso,  H.,  1985. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang II, PN Balai Pustaka, Jakarta, 96,103 
  9. Schmutterer., Ascher, K.R.S., Rembold, H., 1980. Natural Pesticides from The Neem Tree (Azadirachta indica A. Juss.),  Proceedings of The First International Neem Comference Rottachegern, Federal Republic of Germany, German Agency for Technical Cooperation (GTZ), German, 36,53-56,292 
  10. Siddiqui, S.,  Mahmood, T.,  Siddiqui, B.S.,  Faizi, S.,  1986.  Two New Tetranortriterpenoid from Azadirachta indica, Journal of  Natural Products, 49, (6) 1068-1073 
  11. Tambunan, I.R.,  1997.  Pengendalian Penyakit Antraknosa (Collecotrichum gloeosporioides) pada Apel Pasca Panen dengan Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica  Juss.),  Skripsi,  Fak. Pertanian UGM, Yogyakarta 
  12. Wibowo, S.,  1990.  Efektifitas Anti malaria Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta  indica  Juss.) pada Mencit (Swiss mice), Skripsi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta 
  13. Wulandari, E.A.,  1997.  Toksisitas Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta indica Juss) dan Pengaruh Sublethalnya terhadap Struktur Mikroanatomi Duodenum dan Ventriculus Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Skripsi, Fak. Biologi UGM, Yogyakarta.



Anthurium Jenmanii (Anthurium jenmanii Engler)


Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Bangsa : Arecales
Famili : Araceae
Genus : Anthurium
Spesies : Anthurium jenmanii Engler



Anthurium jenmanii merupakan anggota dari seksi Pachynerium, kelompok Anthurium yang tergolong ke dalam jenis2 yang berbentuk menyerupai sarang burung, aslinya ditemukan di suatu negara di kepulauan karibia yaitu Trinidad. Anthurium jenmanii umumnya ditemukan pada ketinggian 150 meter dari permukaan laut. Anthurium Jenmanii juga dapat ditemukan di pulau lainnya yaitu Tobago, Guiana Shield di Amerika Selatan, Venezuela dan bagian sebelah utara hutan Amazon di Brazil. Spesies ini hampir selalu ditemukan pada ketinggian kurang dari 500 meter di hutan2 yang lembab.

Anthurium jenmanii juga dikenal sangat variabel (memiliki variasi2 bentuk daun) misalnya pada bagian dasarnya bentuk daunnya bisa datar, membulat ataupun sedikit oval. Anthurium Jenmanii memiliki internode dan cataphylls yang pendek dan akan tetap ada setelah daun muncul sempurna. Cataphylls merupakan bagian tanaman yang terbentuk disekeliling petiole baru ketika daun baru akan muncul. Petiole ini secara umum sering disebut sebagai batang. Bentuk daun umumnya oval tidak terlalu lebar dengan ujung yang membulat dan petiole berbentuk menyerupai huruf D jika dipotong melintang. Bagian bawah daun tidak semengkilat permukaan bagian atas daun.

Menarik bahwa banyak Anthurium yang dijual di Indonesia saat ini disebut2 sebagai varian Jenmanii walaupun tidak memiliki karakter yang menyerupai Jenmanii karena memang mereka adalah hibrid, kemungkinan hasil-hasil persilangan Jenmanii dengan Bonplandii, Hookeri ataupun Plowmanii (Gelombang Cinta). Photo yang ditampilkan diblog ini merupakan photo2 spesies Anthurium jenmanii yang diambil dari Jardin Botanique de la ville de Lyon dan Missouri Botanical Garden sebagai pembanding dengan Anthurium2 Jenmanii yang dijual di Indonesia.

Banyak yang menganggap Anthurium jenmanii merupakan spesies yang langka. Tentu saja Anthurium jenmanii merupakan spesies Anthurium yang menarik namun menurut naturalis Joep Moonen yang tinggal di French Guiana, di hutan hujan sebelah utara Amerika Selatan, Anthurium jenmanii tidaklah langka atau pun juga mudah ditemukan, biasa2 saja seperti beberapa spesies umum Anthurium lainnya. Namun sebenarnya yang benar2 dianggap langka adalah Anthurium bonplandii sub spesies Guayanum.

cabe Jawa/ Piper retrofractum Vahl.


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotykledoneae
Sub Kelas : Apetalae
Bangsa : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl.




Deskripsi :
Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan, ladang, atau tumbuh liar di tempat-tempat yang tanahnya dak lembap dan berpasir seperti di dekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; rnelilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5 - 30 cm, lebar 3 - 13 cm, hijau. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina. Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis tengah 4 - 8 mm, bertangkai panjang, masih muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna berturut-turut menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah, lunak dan manis. Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

Nama Lokal :
Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa),; Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura).; Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera).; Cabia (Makasar). Long pepper (Inggris);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Kejang perut, muntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, ; Sukar buang air besar, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam,; Hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurastenia,; Tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik goat, ; tidak hamil:rahim dingin, membersihkan rahim, badan lemah, ; Stroke, nyeri pinggang, kejang perut.

Senyawa aktif :
Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, resin (kavisin), asam palmitik, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri, dan sesamin. Senyawa lain piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, N-isobutyl decatrans-2 trans-4 dienamida, eikosadienamida, eikopsatrienamida, guinensina, oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan kariofelina.