Rabu, 21 Desember 2011

Jarak Bali/ Jarak Hias (Jatropha podagrica Hook.)

Klasifikasi :

Regnum Plantae
    Divisio : Spermatophyta
        Sub Divisio : Angiospermae
             Kelas : Dicotyledoneae
                  Sub Kelas : Apetalae
                       Bangsa : Euphorbiales (Tricoccae)
                           Famili : Euphorbiaceae
                               Genus : Jatropha
                                    Spesies : Jatropha podagrica Hook.

Gambar : Tanaman Jarak Hias

Gambar : Bunga Jarak Hias


Uraian :

Salah satu tanaman hias yang sangat efektif mengundang kupu-kupu ke halaman rumah kita adalah bunga Jarak Hias (Jatropha podagrica) atau yang sering juga disebut sebagai bunga Jarak Bali. Berbagai jenis kupu-kupu yang sering hadir antara lain dari jenis Great Mormon, Kupu-kupu jeruk, Hypolimnas dan sebagainya.
Jarak Hias memiliki tampilan yang sangat menarik. Batangnya yang bergetah dan beracun, menggelembung pada bagian pangkalnya sehingga membuat tampilan tanaman hias ini terlihat kuntet. Karena pendek dan lucu, jarak hias juga banyak ditanam di dalam pot porselen dan dimanfaatkan sebagai penghias meja.  Daunnya sendiri berjari tiga  dan menyerupai trisula hijau segar. Jarak pagar  berbunga dengan sangat rajin. Bunganya yang kecil-kecil biasanya bergerombol mirip bunga karang berwarna merah jingga cerah.  Oleh karenanya sangat mudah mengundang kupu-kupu datang.
Buah Jarak Hias yang muncul di sela-sela bunganya juga terlihat cukup menarik. Dan biji ini jika sudah tua dan kering bisa kita manfaatkan untuk mengembang-biakkannya kembali. Secara umum tanaman ini mudah dirawat, sepanjang mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Tanaman ini dapat ditemukan sebagai tanaman hias, yang ditanam di pekarangan atau tempat rekreasi. Asalnya, dari Amerika tropis. Perdu tegak, tinggi 0,5- 1,5 m, bergetah warna putih, batang tunggal atau sedikit bercabang, dengan pangkal batang yang membesar dan melembung seperti umbi. Daun bertangkai yang panjangnya 20-30 cm, helai daun bangun perisai, bentuknya bulat telur melebar dengan ukuran penampang 20-40 cm, bercangap 3 atau 5, taju runcing atau membulat. Bunga dalam malai rata yang bertangkai panjang, dengan bunga betina dan bunga jantan dalam satu tangkai, warnanya merah oranye. Buah bentuk elips melebar, berkendaga tiga, panjang 1,5 cm. Biji lonjong atau bulat panjang.

Nona Makan Sirih

Klasifikasi :
    Regnum :Plantae
         Divisio : Spermatophyta
             Sub Divisio : Angiospermae
                  Kelas : Dicotyledoneae
                      Sub Kelas : Sympetalae
                           Bangsa : Tubiflorae/ Solanales/ Personatae
                               Famili : Verbenaceae
                                   Genus : Clerodendrum/ Clerodendron
                                        Spesies: Clerodendrum thomsonae Balf.F




Kerabat Dekat : Kembang Bugang, Senggugu, Gambir Laut

Daftar Tanaman Langka yang Dilindungi di Indonesia

Indonesia sangat terkenal dengan keanekaragaman jenis tumbuhan. Bahkan Indonesia diklaim sebagai negara dengan keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan nomor 2 di dunia. Kita tentu saja patut berbangga bahwa sebenarnya negara kita tercinta Indonesia ini menyimpan kekayaan yang tak ternilai. Namun dibalik semua itu rupanya kita menyimpan keprihatinan bahwa diantara keanekaragaman jenis tumbuhan yang kita miliki tersebut, beberapa diantaranya sudah masuk dalam kriteria langka atau nyaris punah.

Sangat disesalkan bahwa masih banyak orang Indonesia yang tidak menyadari bahwa akibat kekurang pedulian kita, tumbuhan-tumbuhan langka di Indonesia perlahan-lahan punah. Lihat saja kasus pembalakan hutan secara serampangan, ilegal logging, jual beli tanaman langka, pembakaran hutan dan lain sebagainya. Sadarkah kita bahwa kelakuan seperti ini menyebabkan tanaman-tanaman langka akan "lenyap" dari bumi Indonesia tercinta ini?

Berikut ini beberapa nama tumbuhan langka di Indonesia yang patut dilindungi dan dilestarikan.

1. Balam Suntai (Palaquium walsurifolium)
2. Bayur (Pterospermum sp)
3. Bulian, Ulin Eusideroxylon zwageri
4. Cendana (Santalum album)
5. Damar, Kopal Keruling (Agathis labillardieri)
6. Durian (Durio Zibethinus)
7. Enau (Arenga pinnata)
8. Eucalyptus (Eucalyptus sp)
9. Hangkang (Palaquium leiocarpum)
10. Hongi / saya (Myristica argentea)
11. Imba (Azadirachta indica)
12. Jambu Monyet (Agathis Lalillardieri)
13. Jelutung (Dyera sp)
14. Kapur Barus (Dryobalanops camphora)
15. Katiau (Ganna metloyauma)
16. Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis)
17. Kayu Hitam (Diospyros sp)
18. Kayu Kuning (Cudrania sp)
19. Kayu Manis (Cinnamomun burmannii)
20. Kayu Sepang (Caesalpina sappan)
21. Kemenyan (Styra sp)
22. Kemiri ( Dipterocarpus sp)
23. Keruling (Dipterocarpus sp)
24. Ketimunan (Timonius sericcus)
25. Kulit Lawang (Cinnamomun cullilawan)
26. Ipil (Instsia amboinensis)
27. Malam Merah (Palaquium gutta)
28. Massoi (Cryptocaria massoi)
29. Mata Buta / Garu (Excoecaria agallocha)
30. Mata Kucing / Damar (Shorea sp)
31. Purnamasada (Cordia subcordata)
32. Sawo Kecik (Manilkata kauki)
33. Sonolkeling (Dalbergia latifolia)
34. Suren (Toona sureni)
35. Taker, Benuang (Duabanga moluccana)
36. Tembesu (Fagraea fragrans)