Jumat, 30 Desember 2011

Bunga Desember (Haemanthus multiflorus (Tratt.) Martyn)

Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Famili : Amaryllidaceae
Genus : Haemanthus
Sp.: Haemanthus multiflorus (Tratt.) Martyn


 



Deskripsi Tanaman :
Herba, tahunan, tinggi 30-90 cm. Batang semu.membentuk umbi, hijau muda. Daun tunggal. lanset, mengkilap, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 25-30 cm. lebar 3-10 cm, pertulangan sejajar, hijau muda sampai hijau tua. Bunga majemuk, bentuk payung, di ketiak daun. Tangkai pipih, panjang 25-50 cm, pangkal mankota berlekatan, bentuk cotong, berbintik-bintik coklat kemerahan, panjang + 12 cm, merah tua, benang sari melengkung keluar, tangkai sari panjang 2-5 cm, kepala sari merah jambu, bakal buah berbentuk elips, panjang + 0,5 cm, mahkota bentuk |arum, halus, merah oranye. Buah kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji, hijau. Biji bentuk ginjal, panjang + 1 cm, hitam. Serabut, silindris, putih.

Khasiat :
Umbi Haemanthus multiflorus berkhasiat sebagai obat luka bakar. Untuk obat luka bakar dipakai umbi Haemanlhus multiflorus yang masih segar, dicuci dan diparut kemudian ditempelkan pada bagian yang luka.

Kandungan kimia :
Daun, bunga dan umbi Haemanthus multiflorus mengandung saponin dan flavonoida, di samping itu daunnya mengandung polifenol.

Referensi :
Van Steenis, C.G.G.J, 1975, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Gembong Tjitrosoepomo.1989.Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).Gadjah Mada University    Press.Yogyakarta
http://www.warintek.ristek.go.id/

Kamis, 29 Desember 2011

Keji Beling (Stachytarpheta mutabilis, Vahl.)


Klasifikasi :

Regnum: Plantae (Tumbuhan)
Sub Regnum: Tracheobionta         
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta 
Kelas: Magnoliopsida (dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Scrophulariales
Famili: Acanthaceae 
Genus: Strobilanthes 
Spesies: - Strobilanthes crispus Bl
             - Stachytarpheta mutabilis, -Vahl.Sericocalyx crispus (L.) Bremek.

  
Nama umum
Indonesia:Keji beling
Melayu:Pecah batu, batu jin
Deskripsi :
Keji Beling (Stachytarpheta mutabilis) adalah suatu jenis tumbuhan yang berbatang basah dan sepintas lalu menyerupai rumput berbatang tegak. Di Jawa tanaman ini banyak terdapat di pedesaan yang tumbuh sebagai semak. Batang pohonnya berdiameter antara 0,2 - 0,7 cm. Kulit luar berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau dan apabila menjadi tua berubah menjadi coklat. Daun ngokilo berbentuk bulat telur, pada tepinya bergerigi dengan jarak agak jarang, berbulu halus hampir tak kelihatan. Panjang helaian daun (tanpa tangkai) berkisar antara 5 - 8 cm (ukuran normal) dan lebar daun kira-kira 2 - 5 cm. Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. 1. Syarat Tumbuh a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 2.500 mm - 4.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 8 bulan - 9 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 3 bulan - 4 bulan · Suhu udara : 200 C - 250 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang b. Tanah · Tekstur : pasir sampai liat · Drainase : sedang - baik · Kedalaman air tanah : 25 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : 5 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 - 7 · Kesuburan : sedang 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Buatkan lubang tanam berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm b. Persiapan bibit · Perbanyakan tanaman kejibeling dilakukan dengan stek. c. Penanaman · Stek ditanam pada lubang tanah yang telah disiapkan dengan jarak tanam 1 m x 1 m.

Daun mimba (Azadirachta indica Juss.)


a. Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Sp. : Azadirachta indica Juss.
 

b. Morfologi tanaman
Tanaman Azadirachta indica Juss. Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1997).
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm (Backer dan Van der Brink, 1965).

c. Nama daerah
Jawa : Imba, Mimba
Madura : Membha, Mempheuh
Bali : Intaran, Mimba
Inggris/Belanda : Margosier, Margosatree, Neem tree (Heyne, 1987)

d. Pemerian daun
1. Organoleptis : Bau lemah, rasa pahit
2. Makroskopis :
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.
3. Mikroskopi
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, rambut penutup terdiri dari satu sel panjang agak bergelombang, dinding tipis, ujung runcing. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari dua lapis sel silindris ramping. Di dalam sel palissade terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset, kadang-kadang dalam satu sel terdapat beberapa hablur, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk hampir bulat, rongga udara besar, di dalam jaringan bunga karang terdapat ruang sekresi dan hablur kalsium oksalat bentuk roset. Berkas pembuluh tipe bikolateral dikelilingi serabut, pada parenkim berkas pembuluh terdapat sel berisi hablur kalsium oksalat bentuk roset dan kadang-kadang berbentuk prisma. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis atas dan sel epidermis bawah berbentuk poligonal dengan dinding antiklinal lurus, stomata tipe anomositik, hanya terdapat pada epidermis bawah.
4. Serbuk
Warna hijau. Fragmen pengenal adalah rambut penutup bersel tunggal, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsiumoksalat berbentuk roset, lepas atau dalam jaringan mesofil, framen berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan ruang sekret, rambut penutup terdiri dari satu sel sedikit bergelombang, ujung runcing, dinding tipis berkas pembuluh dengan pembuluh kayu penebalan tangga, fragmen palisade dengan kalsium oksalat berbentuk roset berderet-deret.
5. Habitat
Tumbuhan liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan Van der Brink, 1965).
6. Kandungan kimia
Daun Azadirachta indica Juss mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke , 1992). Daun Azadirachta indica Juss mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).

e. Khasiat dan kegunaan
Tanaman Azadirachta indica Juss mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana Azadirachta indica Juss, digunkaan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb, 1986). Daun Azadirachta indica Juss juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997).
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar.
Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).

f. Kandungan kimia
Metabolit yang ditemukan dari Azadirachta indica antara lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, azadirachtin.
Dalam biji mimba terkandung azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksi-azadiradion, gedunin, 17-epiazadiradion, 17-b-hidroksi azadiradion dan alkaloid.
Metabolit yang ditemukan dalam ekstrak ranting segar yang larut dalam diklorometana antara lain desasetil nimbinolid, desasetil nimbin, desasetil isonimbinolid.
Kulit batang dan kulit akar mengandung nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin (suatu senyawa alkaloid)


Bunga : hasil hidrolisis ekstrak bunga ditemukan kuersetin, kaemferol, dan sedikit mirisetin.
Kayu : dari  bagian  kayu  ditemukan nimaton, C24H30O5, 15%  zat samak terkondensasi.
Buah : alkaloid (azaridin).
Daun :  Paraisin,  suatu  alkaloid  dan  komponen minyak atsiri  mengandung senyawa sulfida.
Tangkai dan ranting hijau: 2 tetranortriterpenoid-hidroksibutenolida yaitu desasetilnimbinolida dan desasetilisonimbinolida yang berhasil diisolasi bersama dengan desasetilnimbin.

Di samping itu terdapat pula senyawa 17-epiazadi-radion, 17-b-hidroksiazadiradion, azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, dan gedunin.
g. Efek Biologi dan Farmakologi
Tumbuhan :  mimba  memiliki efek antiserangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling poten.
Daun : ekstrak  daun dapat  berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen berefek insektisida terhadap larva  Aedes aegypti.
Biji : ekstrak biji berpengaruh sublethal terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus dan penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit.

h. Toksisitas
Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi.

i. Kegunaan di masyarakat
Daun : digunakan untuk penambah nafsu makan, untuk menanggulangi disentri, borok, malaria, anti bakteri.
Minyak : untuk mengatasi eksim, kepala yang kotor, kudis, cacing, menghambat perkembangan dan pertumbuhan kuman.
Kulit batang : digunakan untuk mengatasi nyeri lambung, penguat, penurun demam.
Buah dan getah : digunakan sebagai penguat.

j. Cara pemakaian di masyarakat
Untuk mengatasi disentri:
Sepertiga genggam daun mimba, 2 jari batang mimba dicuci dan dipotong-potong seperlunya, kemudian direbus dengan 3 gelas air bersih sampai air tinggal ¾ nya; setelah dingin, disaring dan diminum dengan gula seperlunya (2 kali sehari ¾ gelas).
Untuk mengatasi eksim:
20 lembar daun mimba dicuci dan digiling halus, diremas dengan air kapur sirih seperlunya, kemudian ditempelkan pada kulit yang terkena eksim dan dibalut (2 kali sehari sebanyak yang diperlukan).

Pustaka
  1. Anonim., 1985. Medicinal Herbs Index in Indonesia, Jilid I,  PT.Eisai Indonesia, Jakarta, 219 
  2. Anonim., 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 67 
  3. Anonim.,  1995. Medicinal Herbs Index in Indonesia, Jilid II, PT.Eisai Indonesia, Jakarta, 168 
  4. Backer, C.A.,  and  Bakhuizen v.d. Brink, R.C., 1965. Flora of Java, Volume II,  NVP  Noordhoff, Groningen, 120 
  5. Hegnauer,  R., 1986. Chemotaxonomie der Pflanzen, Birkhauser Verlag, Stuttgart. 
  6. Heyne.,  1987.  Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid I-IV, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, 1119 
  7. Lestari,  S., 1995. Efikasi Daun Mimba (Azadirachta indica) terhadap Larva Aedes Aegypti, Skripsi, Fak. Kedokteran Umum UGM, Yogyakarta 
  8. Mardisiswoyo, S.,  dan  Rajakmangunsudarso,  H.,  1985. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang II, PN Balai Pustaka, Jakarta, 96,103 
  9. Schmutterer., Ascher, K.R.S., Rembold, H., 1980. Natural Pesticides from The Neem Tree (Azadirachta indica A. Juss.),  Proceedings of The First International Neem Comference Rottachegern, Federal Republic of Germany, German Agency for Technical Cooperation (GTZ), German, 36,53-56,292 
  10. Siddiqui, S.,  Mahmood, T.,  Siddiqui, B.S.,  Faizi, S.,  1986.  Two New Tetranortriterpenoid from Azadirachta indica, Journal of  Natural Products, 49, (6) 1068-1073 
  11. Tambunan, I.R.,  1997.  Pengendalian Penyakit Antraknosa (Collecotrichum gloeosporioides) pada Apel Pasca Panen dengan Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica  Juss.),  Skripsi,  Fak. Pertanian UGM, Yogyakarta 
  12. Wibowo, S.,  1990.  Efektifitas Anti malaria Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta  indica  Juss.) pada Mencit (Swiss mice), Skripsi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta 
  13. Wulandari, E.A.,  1997.  Toksisitas Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta indica Juss) dan Pengaruh Sublethalnya terhadap Struktur Mikroanatomi Duodenum dan Ventriculus Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Skripsi, Fak. Biologi UGM, Yogyakarta.