Tampilkan postingan dengan label Famili Apocynaceae. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Famili Apocynaceae. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Agustus 2014

Klasifikasi Allamanda blancetti

Klasifikasi:

Regnum: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub Kelas: Sympetalae
Bangsa: Apocynales
Famili: Apocynaceae
Genus: Allamanda
Spesies: Allamanda blancetti

Selasa, 26 Juni 2012

Gliricidia sepium (Gamal)


Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Nama-nama lainnya adalah kerside, gliriside (kolokial), sliridia, liriksidia (Jw.); kh’è: no:yz, kh’è: fàlangx (Laos (Sino-Tibetan)); bunga Jepun (Mly.); kakawate (Filipina); madre de cacao (Portugis); mata raton (Honduras); dan gliricidia, Nicaraguan coffee shade (Ingg.).
Pepagan (kulit batang) gamal
Perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2–15m dan gemang (besar batang) 15-30 cm. Pepagan coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan, kadang kala beralur dalam pada batang yang tua. Menggugurkan daun di musim kemarau. Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15-30 cm; ketika muda dengan rambut-rambut halus seperti beledu. Anak daun 7–17 (-25) pasang yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3-6 cm × 1.5-3 cm, dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya.

Pemanfaatan

Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak.
Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia.Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Gamal merupakan sumber kayu api yang baik; terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg. Kayu terasnya awet dan tahan rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8, kayu ini baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain.
Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami (gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun tikus). Gamal menggugurkan daun di musim kemarau.
Ekologi dan perbanyakan
         Habitat asli gamal adalah hutan gugur daun tropika, di lembah dan lereng-lereng bukit, sering di daerah bekas tebangan dan belukar. Pada elevasi 0-1600 m dpl. Gamal bisa diperbanyak dengan biji. Biji-biji itu, khususnya yang segar (baru), dapat ditanam tanpa perlakuan pendahuluan, langsung di lahan atau di persemaian.
Cara lain ialah dengan menanam stek batangnya, panjang maupun pendek. Stek panjang sepanjang 1–2,5 m dan dengan diameter 6–10 cm, diruncingkan kedua ujungnya dan digores-gores potongan sebelah bawahnya untuk merangsang tumbuhnya akar. Stek panjang ditanam sedalam lk 50 cm agar kuat. Stek pendek 30 – 50 cm panjangnya dan diperlakukan serupa dengan stek panjang. Stek pendek ditanam lebih kurang sepertiganya dalam tanah.

Persebaran

Tumbuhan ini asli Meksiko, Amerika Tengah, Hindia Barat, Kolombia. Diintroduksi dan mengalami naturalisasi di pelbagai daerah, termasuk Indonesia. Berikut pedoman yang bisa diikuti dalam budidaya daun gamal:
1) Penanaman
Penanaman dilakukan dengan stek batang atau biji, (biji disarankan
untuk perakaran yang dalam). Stek batang yang baik berasal dari batang
bawah, dan tengah yang telah berumur lebih dari 12 bulan. Diameter
stek 3-5 cm dan panjang stek 50 cm. Stek terlebih dahulu disemaikan
dalam kantong plastik. Setelah bertunas 15-20 cm tingginya (berumur
2-3 bulan) dapat ditanam langsung di lapangan. Jarak tanam dengan
jarak antara barisan 1-2
m. Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan.
2) Panen
Pemotongan pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur 1
tahun. Selang waktu atau interval pemotongan selanjutnya setiap 3
bulan sekali. Rata-rata produksi hijauan segar berkisar 2-5 kg per
potong per pohon.
3) Pemupukan
Pemberian pupuk kandang atau pupuk buatan seperti pupuk P sebanyak 35-40 kg per hektar per tahun.
4) Pemberian pada ternak
Untuk pertama kali, ternak umumnya menolak akan tetapi setelah dibiasakan (dengan cara pemberian bertahap) maka berikan gamal dalam bentuk layu.
5) Banyaknya pemberian daun gamal
a. Pemberian daun gamal secara bebas sebagai tambahan pakan dasar rumput.
b. Pemberian gamal baik bagi pertumbuhan ternak ruminansia.


Sabtu, 28 Januari 2012

Pulai (Alstonia scholaris [L.] R. Br)


Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Sympetalae
Bangsa : Contortae/ Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris [L.] R. Br.






Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. pulai kadang ditanam di dekat pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. 


Deskripsi Tumbuhan
Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terangsampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinnya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan bercabang.

Sifat dan Khasiat
Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau. Berkhasiat sebagai peluruh dahak, peluruh haid, stomakik, antiperik, pereda kejang, menurunkan kadar gula darah (hipoglikemik), tonik dan antiseptik. Pada kuda kulit kayu pulai digunakan sebagai obat cacing. Daun pulai dapat mempercepat pemasakan bisul dan berguna sebagai pelancar ASI.

Kandungan Kimia
Kulit kayu mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen. Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.

Bagian yang Digunakan
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara dijemur atau pemanasan.

Indikasi
Kulit kayu dapat untuk mengatasi: demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis, tenakan darah tinggi, wasir, anemia, gangguan haid, rematik akut. Daun dapat untuk mengatasi: borok, bisul, perempuan setelah melahirkan (nifas), beri-beri dan payudara bengkak karena bendungan ASI.

Cara Pemakaian
Kulit kayu sebanyak 1 - 3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, termasuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.

Efek Farmakologis dan hasil Penelitian
Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair, 1987).
Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekankan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara in vitro menekankan perkembangan telur berembrio menjadi larva pada dosis 65 mg/ml (Theresia Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA ITB 1991).
Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7 ; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikemik (Sulina, Jurusan Farmasi ITB 1978).

Contoh Pemakaian :
a. Demam
Kulit batang pulai sebanyak3 g dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelinci (Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit air. Peras dan saring lalu diminum.
b. Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam.
c. Diare
Minumlah rebusan kulit batang pulai.
d. Memperkuat Lambung
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dengan cuka, lalu minum.
e. Perut kembung, Limpa membesar
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing-masing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gulai enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 21/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum. Setiap kali minum cukup 3/4 gelas.
f. Kencing Manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
g. Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pula diseduh dengan air mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok makan madu dan sedikit garam, aduk rata. Setelah dingin diminum sekaligus.
h. Borok Bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
i. Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan ke dalam bambu , lalu direbus dengan air bersih. Air rebusannya diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Wanita Setelah Melahirkan (untuk membersihkan organ dalam). Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya, lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus. Saring dan peras, airnya lalu diminum.
Kulit pulai dibersihkan, lalu tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe dans eparo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum selagi hangat.
j.Sakit Badan dan Dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan ke bagian yang sakit.

Catatan
Ada beberapa jenis pulai, diantaranya pulai putih dan pulai hitam (pulai wuloh). Di Nepal, serbuk kulit kayu pulai digunakan sebagai obat kontrasepsi, dan alkaloid akarnya dikatakan berkhasiat hipotensif dan antikanker.

Sumber Referensi:
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Dr. Setiawan Dalimartha)/Hadi
www.plantamor.co.id
www.alamendah.wordpress.com
http://www.iptek.net.id

Rabu, 21 Desember 2011

Mondokaki/ Kacapiring (Ervatamia divaricata (L.) Burk.)

Klasifikasi :
Regnum : Plantae
   Divisio : Spermatophyta
      Sub Divisio : Angiospermae
         Kelas : Dicotyledoneae
            Sub Kelas : Sympetalae
               Bangsa : Contortae (Apocynales)
                  Famili : Apocynaceae
                     Genus : Ervatamia
                        Spesies : Ervatamia divaricata (L.) burk.

Sinonim : - Ervatamia ecoronaria, Stapf.
                   - Tabernaemontana coronaria, Willd.
                       -  Tabernaemontana divaricata, R.Br.


 Gambar : Tanaman Mondokaki


Gambar : Sistem Perakaran


Gambar : Bunga Mondokaki


Uraian :
Mondokaki biasa ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan dan di taman-taman. Asalnya dari India, tersebar di kawasan Asia Tenggara serta kawasan tropik lainnya, dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl. Perdu tegak yang banyak bercabang, tinggi 0,5-3 m, batang bulat berkayu, mengandung getah seperti susu. Daun tunggal, tebal seperti kulit, letak berhadapan, 9 bertangkai pendek. Helaian daun bentuknya bulat telur memanjang atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan alas licin mengkilap, tulang daun menyirip, panjang 6-15 cm, lebar 2-4 cm, warnanya hijau. Tangkai bunga keluar dari ketiak daun, 1 atau sepasang, pendek dengan beberapa bunga. Bunga biasanya double, warnanya putih dengan bagian tengah berwarna kuning, diameter 5 cm, wangi. Buahnya buah kotak, bulat panjang, berbulu. Biji berdaging, berselaput, warnanya merah. Tanaman ini mempunyai akar tunggang, bentuknya silindrik, diameter 1-5 cm, warnanya kuning, permukaan luar bergabus tipis dan tidak mudah terkelupas. Perbanyakan dengan stek atau cangkok.

Nama Lokal :
Mondokaki, bunga Wari (Jawa), bunga Nyingin (Nusatenggara), kembang Mantega, kembang Susu (sunda), bunga Manila, bunga Susong, bunga Kacapiring (Jawa).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Bisul, Batuk berdahak, Radang Payudara, Digigit anjing gila; Hipertensi, Radang mata,Tulang patah, sakit gigi, Cacing keremi.; Diare, Gigitan binatang berbisa, Tenggorok bengkak, Terkilir.

Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Akar, daun, bunga dan kulit batang.

KEGUNAAN:
Daun:
- Bisul.
- Batuk berdahak.
- Radang kelenjar payudara.
- Digigit anjing gila.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Terkilir.

Getah daun:
- Radang mata, kekerdhan kornea.
- Mencegah timbulnya radang pada luka.

Akar:
- Tenggorok bengkak dan sakit, batuk.
- Tulang patah (fraktur), sakit gigi.
- Cacing keremi.
- Diare.
- Gigitan binatang berbisa seperti kalajengking.

PEMAKAIAN:
Untuk minum: 15-25 g, direbus
Pemakaian luar: Daun secukupnya dilumatkan, dipakai untuk menurap radang kulit, radang payudara, luka, dan bisul.

CARA PEMAKAIAN:
1. Diare:
10-15 g akar,dicuci lalu dipotong tipis-tipis, direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum sedikit-sedikit.

2. Sakit gigi:
    Akar secukupnya dicuci bersih lalu dikunyah dengan gigi yang sakit.

3. Sakit mata, radang kulit dan luka:
Daun secukupnya dicuci bersih bilas dengan air matang Ialu ditumbuk halus. Air perasannya dapat menyejukkan bila diteteskan pada mata yang sakit atau dioleskan pada radang kulit dan luka.

4. Cacing keremi:
4 jari akar mondokaki dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum, habis dalam sehari.

5. Trachoma (radang mata kronis):
3/4 jari akar mondokaki, 1/3 genggam daun saga, daun sena dan daun tempuh wiyang masing-masing 1/4 genggam, 1/2 jari kayu secang, 3/4 jari kulit mesoyi, 3/4 jari kulit kayu seriawan, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, airnya untuk merambang mata yang sakit. Lakukan 3 kali sehari.

6. Batuk:
15 lembar daun dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan air gula seperlunya. Bagi untuk 3 kali minum, habis dalam sehari.

7. Radang payudara:
20 lembar daun dicuci lalu ditumbuk halus, remas dengan 2 sendok makan air garam. Ramuan ini dipakai untuk menurap payudara yang sakit, lalu dibebat. Lakukan 2 kali sehari.

8. Radang kulit bernanah:
Bunga segar secukupnya dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Tambahkan sedikit minyak kelapa, aduk sampai merata. Ramuan ini dipakai untuk menurap kulit yang meradang. 

Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Asam, sejuk. Membersihkan panas dan racun (toksin), menghilangkan sakit (analgetik), menurunkan tekanan darah, peluruh dahak, obat cacing (anthelmintik). KANDUNGAN KIMIA: Kulit batang dan akar: Tabernaemontanin, koronarin, koronandin; dregamin, vobasin, korin,, kortin, lupeol, tanin.

Sabtu, 03 Desember 2011

Kamboja

Klasifikasi
Regnum: Plantae (Tumbuhan)
     Sub Regnum: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Sub Divisi: Angiospermae
                 Kelas: Dicotyledoneae
                     Sub Kelas: Sympetalae
                         Ordo: Gentianales/Apocynales/Contortae
                             Famili: Contortaceae
                                 Genus: Plumeria
                                     Spesies: Plumeria acuminata Ait


Gambar : Bunga Kamboja


 Gambar : Buah Kamboja



 

Sabtu, 23 April 2011

Klasifikasi Alamanda

Regnum          : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Kelas              : Dicotyledoneae
Sub Kelas       : Sympetalae
Bangsa           : Contortae ( Apocynales)
Suku              : Apocynaceae
Marga            : Alamanda
Spesies          : Alamanda cathartica

( Gembong Tjitrosoepomo, 1989 )

Gambar : Bunga Alamanda cathartica