Tampilkan postingan dengan label Famili Apiaceae ( Umbelliflorae ). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Famili Apiaceae ( Umbelliflorae ). Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Maret 2017

Conium maculatum



Klasifikasi:
Regnum: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Sub kelas: Sympetalae
Ordo: Umbelliflorae (Apiales)
Keluarga: Umbelliferae (Apiaceae)
Genus: Conium
Spesies: Conium maculatum

Deskripsi:
Bunga dari keluarga Apiaceae ini dapat ditemukan di Eropa dan Afrika bagian selatan. Salah satu spesiesnya adalah Conium maculatum atau disebut juga poison hemlock. Bunga Conium maculatum berasal dari Eropa, Asia Barat dan Afrika Utara ini banyak mengandung alkaloid yang bisa sangat mematikan, bukan hanya pada manusia tetapi juga hewan ternak. Jika keracunan conium seseorang dapat mengalami kelumpuhan otot dan sistem pernafasan sehingga jantung dan otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup.

Rabu, 10 Agustus 2016

Pimpinella pruatjan


Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Umbelliflorae (Apiales)
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Pimpinella
Spesies : Pimpinella pruatjan



Jumat, 27 Januari 2012

Pegagan/Centella asiatica, (Linn), Urb.


 Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Bangsa : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica, (Linn), Urb.





Uraian :
Terna liar, terdapat di seluruh Indonesia, berasal dari Asia tropik. Menyukai tanah yang agak lembab dan cukup mendapat sinar matahari atau teduh, seperti di padang rumput, pinggir selokan, sawah, dan sebagainya. Kadang-kadang di tanam sebagai penutup tanah di perkebunan atau sebagai tanaman sayuran (sebagai lalab), terdapat sampai ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut. Pegagan merupakan terna menahun tanpa batang, tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10 cm - 80 cm, akar keluar dari setiap bonggol, banyak bercabang yang membentuk tumbuhan baru. Helai daun tunggal, bertangkai panjang sekitar 5 cm - 15 cm berbentuk ginjal. Tepinya bergerigi atau beringgit, dengan penampang 1 cm - 7 cm tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 - 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun. Tangkai bunga 5 mm - 50 mm. Buah kecil bergantung yang bentuknya lonjong/pipih panjang 2 - 2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit.
Nama Lokal :
Daun kaki kuda (Indonesia), Pegaga (Ujung Pandang); Antanan gede, Atnanan rambat (Sunda), Dau tungke (Bugis); Pegagan, Gagan-gagan, Rendeng, Kerok batok (Jawa); Kos tekosan ( Madura), Kori-kori (Halmahera)

Kamis, 22 Desember 2011

Jintan (Cuminum cyminum L.)


Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Umbelliflorae (Apiales)
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Cuminum
Spesies : Cuminum cyminum L.




1. Nama tanaman
Nama jintan untuk tiap daerah di Indonesia adalah :
Jintan Putih (Indonesia), Jinten Putih (Jawa), Ginten (Bali); Jinten Bodas (Sunda), Jhinten pote (Madura); Jeura engkut, Jeura putih (Aceh), Jinten pute (Bugis). 

2. Morfologi Tanaman
Tanaman jintan putih merupakan tanaman terna, tinggi 1,5-5 meter. Batang bergaris-garis dan tidak berbulu. Berbentuk pita, panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk payung, panjang mahkota bunga 1 mm, warna putih atau merah. Panjang buah 5 mm-7, dan lebar 3 mm. Tanaman ini mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang (Heyne, 1987).

3. Habitat dan Penyebaran
Jintan putih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk, seperti misalnya di daerah India utara dekat kaki pegunungan Himalaya, selain itu juga terdapat banyak di Meksiko, dan Thailand. Di Indonesia meskipun dapat tumbuh, pada umumnya kurang baik (Ipteknet, 2005).

4. Kandungan Kimia
Tanaman ini mengandung minyak atsiri, luteolin, apigenin, minyak lemak, hans, dan zat samak. Biji jintan putih mengandung unsur minyak menguap (terbang) sebanyak kurang dari 8 %. Komponen utama dalam minyak menguap adalah cuminal dan safranal (sejumlah 32% dan 24%). Komponen lain yang berisi lebih dari 1 % adalah monoterpen, sesquiterpen, aldehid aromatik dan oksida aromatik. Komponen lain yang jumlahnya kecil adalah terpen, terpenol, terpenal, terpenon, ester terpen, dan komponen aromatic (Sahelian, 2005).
 
Komponen yang diduga mempunyai aktivitas antikarsinogenik dari Cuminum Cyminum L.sesquiterpen (Takayanagi et al., 2003). Bentuk senyawa tersebut adalah glikosida yang mempunyai karakter dapat larut di dalam pelarut yang relatif polar salah satunya adalah etanol. Oleh karena itu proses ekstraksi dengan pelarut etanol dapat melarutkan senyawa glikosida dari biji jintan putih. salah satunya adalah senyawa glikosida lakton.

5. Penelitian
Berdasarkan hasil-hasil pengujian secara praklinis, dapat disimpulkan bahwa Cuminum Cyminum L. memiliki sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antigenotoksik, antihiperglikemia, antimikrobia, antioksidan, antispasme, karminatif, digestif, larvasidal (Takayanagi et al., 2003).
 
Sebuah penelitian membuktikan bahwa biji Cuminum Cyminum L. dapat menghambat pertumbuhan tumor lambung dan tumor leher rahim pada tikus akibat pemberian Benzo[a]piren (Gagandep et al., 2003). Dalam penelitian tersebut, Cuminum Cyminum L. diberikan kepada hewan uji yang sebelumnya telah diinduksi kanker dengan B[a]P dalam bentuk biji utuh dalam makanan hewan uji. Mekanisme penghambatan pertumbuhan tumor oleh biji Cuminum Cyminum L. menurut penelitian tersebut adalah melalui penginduksian enzim-enzim yang terlibat dalam proses metabolisme fase I dan fase II, diantaranya adalah cytochrom p450, Glutation-S-transferase, dan cytochrome b5, serta beberapa enzim katalase (Gagandep et al., 2003).
 
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nalini (1998), dibuktikan bahwa cumin mampu melindungi kolon dari senyawa karsinogen 1,2-dimetil hidrasin (DMH). DMH menyebabkan peningkatan aktivitas beta glukoronidase, yang diikuti oleh peningkatan proses hidrolisis konjugat glukoronida. Akibatnya dapat memicu pelepasan toksin. Cumin mampu menurunkan aktivitas beta glukoronidase, sehingga mampu mencegah pelepasan toksin yang juga terekspresi pada beberapa jenis kanker. 


Daftar pustaka
Gagandeep, Dhanalakshmi S, Mendiz E, Rao AR, Kale RK, 2003, Chemopreventive effects of Cuminum cyminum in chemically induced forestomach and uterine cervix tumors in murine model systems, Nutr Cancer;47(2):171-80
Heyne, K., 1987, Tanaman Berguna Indonesia, jilid II, cetakan pertama, 1073-1074, diterjemahkan oleh Badan Litbang Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Nalini, Sabitha, Viswanathan, Menon, 1998, Influence of Spices on the Bacterial (Enzyme) Activity in Experimental Colon Cancer, J Ethnopharmacol, 62(1): 15-24.
Sahelian, R., M.D.,2005, Cumin, diambil dari
http://www.raysahelian.com/cumin.html, diakses September 2005
Takayanagi T, Ishikawa T, Kitajima J, 2003, Sesquiterpene lactone glucosides and alkyl glycosides from the fruit of cumin, Phytochemistry, 63(4):479-84

Sabtu, 03 Desember 2011

Adas ( Foeniculum vulgare Mill.) :

Klasifikasi :
Regnum :Plantae
  Divisio : Spermatophyta
       Sub Divisio : Angiospermae
           Kelas : Dicotyledoneae
               Sub Kelas : Sympetalae
                   Bangsa : Apiales
                       Famili : Apiaceae ( Umbelliflorae )
                           Genus : Foeniculum
                                Spesies : Foeniculum vulgare Mill.

Sinonim = E officinale, All. ; Anethum foeniculum, Linn.


Deskripsi :
Adas merupakan satu dari sernbilan tumbuhan obat yang dianggap berrnukjizat di Anglo-Saxon. Di Indonesia telah dibudidayakan dan kadang sebagai tanarnan bumbu atau tanaman obat. Turnbuhan ini dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1.800 m di atas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Asalnya dari Eropa Selatan dan Asia, dan karena manfaatnya kemudian banyak ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa, dan Jepang. Terna berumur panjang, tinggi 50 cm - 2 m, tumbuh merumpun. Satu rumpun biasanya terdiri dari 3 - 5 batang. Batang hijau kebiru- biruan, beralur, beruas, berlubang, bila memar baunya wangi. Letak daun berseling, majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip yang sempit, bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang warna putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk topi. Perbungaan tersusun sebagai bunga payung majemuk dengan 6 - 40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 - 1 0 em, panj' ang gagang bunga 2 - 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar dari ujung batang. Buah lonjong, berusuk, panjang 6 - 10 mm, lebar 3 - 4 mm, masih muda hijau setelah tua cokelat agak hijau atau cokelat agak kuning sampai sepenuhnya cokelat. Namun, warna buahnya ini berbeda-beda tergantung negara asalnya. Buah masak mempunyai bau khas aromatik, bila dicicipi rasanya relatif seperti kamfer. Adas menghasilkan minyak adas, yang merupakan basil sulingan serbuk buah adas yang masak dan kering. Ada dua macam minyak adas, manis dan pahit. Keduanya, digunakan dalam industri obat-obatan. Adas juga dipakai untuk bumbu, atau digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa (corrigentia saporis) dan mengharumkan ramuan obat. Biasanya adas digunakan bersama-sama dengan kulit batang pulosari. Daunnya bisa dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan biji atau dengan memisahkan anak tanaman. Buah adas adalah buah Foeniculum vulgare Mill., suku Apiaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,40% dan trans-anetol tidak kurang dari 0,60%.
Mikroskopis
Epikarp terdiri dari 1 lapis sel tetrahedral atau polyhedral, kutikula tidak bergaris, stomata bertipe anomositik (Ranucunlaceae). Mesokarp umumnya parenkimatik, di mesokarp daerah rusuk terdapat berkas pembuluh fibrovasal dengan serabut sklerenkim bernoktah sempit dan berlignin. Di sekitar berkas pembuluh terdapat parenkim berwarna kecoklatan dengan diding sel berpenebalan jala dan berlignin. Saluran minyak atau vitae dengan satu lapis epithelium berwarna coklat endocarp terdiri dari 1 lapis sel pipih. Pada penampanag tagensial tampak sebagai sel-sel berbentuk tersusun dalma kelompok-kelompok sel yang berlawana arah. Kulit
terdiri dari selapis sel terentang tangensial. Endosperm terdiri dari sel-sel parenkim bentuk polyhedral, dinding tebal tidak berlignin, berisi minyak lemak dan butir-butir aleueron yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset. Serbuk berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah jaringan endosperm berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir aleuron yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset kecil; saluran minyak berwarna kuningan atau kecoklatan parenkim berpenebalan jala berwarna kecoklatan, serabut bernoktah sempit; endocarp dengan kelompok sel-sel berbentuk hampir tetrahedral tersusun berlainan arah. Tidak terdapat rambut atau pati
Nama Lokal :
Hades (Sunda), adas, adas londa, adas landi (Jawa),; Adhas (Madura), adas (Bali), wala wunga (Sumba).; Das pedas (Aceh), adas, adas pedas (melayu).; Adeh, manih (Minangkabau). paapang, paampas (Menado).; Popoas (Alfuru), denggu-denggu (Gorontalo), ; Papaato (Buol), porotomo (Baree). kumpasi (Sangir Talaud).; Adasa, rempasu (Makasar), adase (Bugis).; Hsiao hui (China), phong karee, mellet karee (Thailand),; Jintan Manis (Malaysia). barisaunf, madhurika (Ind./Pak.).; Fennel, commaon fennel, sweet fennel, fenkel, spigel (I).